Friday, April 26, 2024
spot_img

30 Karya Perupa Aceh “Serambi Seni” Dipamerkan di Taman Budaya

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Pameran karya seni rupa pilihan koleksi galeri nasional dengan tema “Serambi Seni” resmi digelar di UPTD Taman Seni dan Budaya Aceh di Banda Aceh, 25-30 September 2018, termasuk 30 karya para perupa Aceh.

Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto menyebutkan, perkembangan seni rupa Aceh akan dipresentasikan melalui sajian 36 karya seni rupa dalam media lukisan dan relief.

Sebanyak enam karya, sebutnya, merupakan karya pilihan koleksi Galeri Nasional Indonesia/Koleksi Negara hasil karya enam perupa kenamaan seperti A. D. Pirous, Amang Rahman Jubair, Samsudin Hardjakusumah, Lian Sahar, Ahmad Sadali, dan Amri Yahya.

“Sedangkan 30 lainnya merupakan karya para Perupa Aceh, beberapa di antaranya adalah Anni Kholilah, Idrus bin Harun, Qurbani Akbar, Rahmad Alfajrianur, Sabaruddin, Said Akram, Yusrizal Ibrahim, Zul MS, dan lainnya,” sebutnya.

Pameran dengan tema “Serambi Seni” ini, disebutkan, pameran keliling yang digelar selama enam hari di UPTD Taman Seni dan Budaya Aceh merupakan hasil kerja sama Galeri Nasional Indonesia dengan UPTD Taman Seni dan Budaya Aceh, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.

Serambi Seni dikuratori oleh Suwarno Wisetrotomo dengan Asisten Kurator Teguh Margono, Abzari Jafar, dan Reza Mustafa dari Komunitas Kanot Bu.

Kurator Suwarno mengatakan, pameran Serambi Seni merupakan upaya memantik kehidupan seni rupa di Aceh agar lebih menyala.

“Sebutan ‘Serambi Seni’ dihasratkan sebagai sebuah harapan untuk Aceh yang lebih semarak, produktif, dalam hal penciptaan dan pengkajian seni,” ujar Suwarno.

Menurutnya, karya-karya dalam pameran ini dapat dilihat dengan tiga metode, menyusuri masa lalu, merekam masa kini, dan membayangkan masa depan. Hal itu berlaku, baik bagi karya koleksi Galeri Nasional Indonesia maupun karya para Perupa Aceh.

“Enam karya koleksi Galeri Nasional Indonesia yang ditampilkan dalam pameran ini mengolah tema Islami dengan pendekatan yang berbeda. Karya-karya tersebut berfungsi sebagai pemicu dan sekaligus pembanding. Bagaimana kini dengan karya-karya oleh para perupa yang lahir, tumbuh, dan tinggal di Aceh?” sebut Suwarno.

Lebih lanjut, Kurator Abzari Jafar mengungkap dalam tulisan kuratorialnya, seni rupa Aceh masa kini, melalui Pameran Keliling dengan tema Serambi Seni, perupa Aceh kembali membuktikan karya yang ditampilkan tidak terlepas dari kearifan lokal Aceh.

S”adar atau tidak, perupa Aceh melalui karyanya telah menunjukkan lokalitas ke-Aceh-an tanpa harus menggunakan simbol-simbol kontroversi dalam masyarakat Aceh. Sehingga, “Serambi Seni” menjadi motivasi ‘back to culture for a future’,” sebut Abrazi.

Ia menambahkan, karya-karya yang ditampilkan dalam pameran ini setidaknya dapat merefleksikan perkembangan seni rupa Aceh.

Menurutnya, para perupa menunjukkan sudut pandang (point of view) pada simbol lokalitas melalui simbol perjuangan dan kehormatan, budaya, dan sosial. Selain itu, beberapa karya juga merefleksikan Aceh melalui simbol Islam dalam merefleksikan lokalitas Aceh dengan gagahnya.

“Simbol-simbol lokalitas yang dipilih perupa Aceh seakan menjadi penanda nasionalisme Aceh secara keseluruhan dari segi simbol perjuangan, heroik, kehormatan, alam, sosio-kultural dengan berbagai aliran seni rupa dan media yang dipakai,” jelasnya.

Sedangkan kurator dari Komunitas Kanot Bu, Reza Mustafa, menyebutkan khusus untuk sosio-kultural, sebagian besar para perupa dalam pameran ini, terutama para perupa muda, mengangkat tema-tema sosial.

“Hal ini sedikit banyak menunjukkan bahwa pewacanaan gagasan dalam pengkaryaan di ranah seni rupa telah berlaku di Aceh,” sebutnya.

Selain pameran, dikutip dari laman resmi Galeri Nasional Indonesia, perhelatan “Serambi Seni” ini juga dilengkapi dengan rangkaian acara berupa “Dialog Seni Rupa” pada Rabu, 26 September 2018.

Dialog akan dipandu tiga pembicara, yaitu Suwarno Wisetrotomo (Kurator Pameran “Serambi Seni” sekaligus Kurator Galeri Nasional Indonesia), Abzari Jafar (Asisten Kurator Pameran “Serambi Seni”), dan Yusrizal Ibrahim (Pengajar Institut Seni Budaya Indonesia Aceh). Dialog Seni Rupa ini akan dimoderatori oleh Reza Mustafa, salah seorang pelaku seni di Aceh.[]

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU