Tahun 2030, Penduduk Indonesia akan mengalami beberapa fenomena besar. Penduduk Indonesia makin menua ,Peningkatan proporsi lansia 65 tahun keatas menjadi 9% penduduk, sedangkan penduduk usia produktif mencapai 70%. Peningkatan angka harapan hidup mencapai 74 tahun. Penduduk Indonesia semakin meningkat di kota menjadi 67% penduduk.

Karena fenomena ini Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi di mana jumlah penduduk berusia kerja lebih tinggi daripada jumlah penduduk anak-anak dan usia tua.  Diperkirakan pada tahun itu, 100 penduduk produktif akan menanggung 44 penduduk tidak produktif. Sebuah angka yang sangat menjanjikan keuntungan bagi Indonesia, terutama di sisi pembangunan ekonomi. Kaum muda diharapkan bisa menjadi Engine of Growth yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi lebih cepat. keuntungan yang ada di depan mata bisa segera sirna, jika Indonesia tidak menyiapkan diri untuk memfasilitasi bonus demografi tersebut. Hal yang paling perlu disiapkan tentunya adalah ketersediaan lapangan pekerjaan. Pertanyaan besar muncul, apakah negara kita dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi 70% masyarakat Indonesia yang berada dalam usia produktif pada tahun 2020-2030? Lalu jika sudah tersedia, apakah sumber daya manusia Indonesia bisa bersaing di dunia kerja dan pasar internasional? Mengingat Masyarakat ekonomi ke bawah di Indonesia tidak hanya dari kalangan pengangguran atau pendidikan rendah. Hasil kajian LIPI menyebutkan, sekitar 43,67 % pekerja Indonesia saat ini masih berada di bawah garis kemiskinan.Kepala Kajian Pekerjaan Layak LIPI, Nawawi Asmat mengatakan, dalam penelitiannya pada Februari 2012 silam, 57 % pekerja informal dan 26,2 % pekerja formal masih berada di bawah garis kemiskinan.

“Sehingga total pekerja kita hidup di bawah garis kemiskinan 43,67 %,” ucap Nawawi.

Pekerja yang disurvei berasal dari pelbagai bidang. Semisal pertanian, pertambangan, industri, bangunan, perdagangan, angkutan, keuangan, jasa dan lainnya. Rata rata gaji pekerja formal hanya Rp 1.227.109. Sedangkan untuk informal hanya Rp 779.812.

Pada masa ini, Indonesia akan mengalami peningkatan produktivitas yang berakibat pada kenaikan pendapatan dan konsumsi,karena berdasarkan Angka kelahiran (TFR) Indonesia telah mengalami penurunan dalam jangka waktu 30 tahunan, karena keberhasilan program KB Nasional. Keberhasilan ini mulai menurun ketika kebijakan program KB didesentralisasi ke Kabupaten/Kota, dengan peningkatan kembali TFR dari tahun 2000 ke 2010. Meski pun telah terjadi penurunan angka kelahiran pada era 1970-2000, namun tambahan bayi yang lahir setiap tahun masih cukup besar yaitu sekitar 3 – 4 juta bayi. Kondisi ini di masa depan akan se-makin meningkatkan jumlah penduduk produktif ke depan Peningkatan jumlah penduduk produktif harus dibarengi dengan peningkatan kualitas, agar mereka yang masuk ke usia tersebut dapat memperoleh kesempatan kerja yang tersedia atau bahkan mampu menciptakan kesempatan kerja. Terutama ketika globalisasi yang menyebabkan arus migrasi internasional tenaga kerja mulai memasuki Indonesia. Belum lagi Indonesia akan menghadapi AEC(Asean Economic Community) yang melaksanakan prinsip “freedom of movement” yang membebaskan masyarakat Asean untuk berpindah ke negara Asean lainnya tanpa visa, tentu ini akan menjadi permasalahan besar bagi penduduk Indonesia untuk bersaing dengan warga asing yang akan bekerja di Indonesia, Bonus Demografi memang seperti dua mata pisau. Di satu sisi dia adalah asa, di sisi lain dia justru bisa menjadi petaka. Indonesia sekarang masih perlu melakukan beberapa pembenahan di bidang pembangunan manusia agar bisa menjawab dua pertanyaan di atas. Human Development Index (HDI) Indonesia masih tergolong rendah. Diantara 182 negara di dunia, Indonesia berada di urutan 111. Bahkan di Asia Tenggara, Indonesia masih berada di urutan keenam dari 10 negara. Kita masih berada di bawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.

Tingkat HDI yang rendah akan berimplikasi pada kualitas sumber daya manusia Indonesia yang rendah. Baik sebagai pekerja atau pencipta lapangan kerja, kualitas kita masih kalah produktif dibanding negara-negara saingan kita. Kita lihat saja, setelah lulus dari pendidikan di bangku kuliah, banyak mahasiswa yang lebih memilih untuk mencari kerja. Hanya sebagian kecil dari mereka yang memilih untuk berwirausaha. Kesulitan pun datang pada mereka yang mencari pekerjaan. Hal ini disebabkan kualitas mereka tidak dipupuk dengan baik melalui program pembangunan manusia.

Perubahan struktur penduduk akibat dari transisi demografi pada jangka panjang berdampak pada peningkatan jumlah tenaga kerja,apabila tenaga kerja mendapatkan kesempatan kerja yang produktif akan meningkatkan pendapatan,apabila ada tabungan masyarakat yang diinvestasikan secara produktif akan terjadi penumpukan kekayaan lebih besar,apabila ada kebijakan investasi yang khusus diarahkan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.Pertumbuhan struktur umur penduduk yang positif menjadi faktor memicu pertumbuhan ekonomi, di mana pertumbuhan penduduk usia kerja mempunyai hubungan positif dengan pendapatan per kapita, sedangkan pertumbuhan penduduk di bawah 15 tahun berpengaruh negatif.

Banyak ahli berasumsi bahwa pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja, yaitu setiap satu persen pertumbuhan ekonomi menyerap tenaga kerja sekitar 400 ribu orang, Kondisi ini merupakan harapan sekaligus tujuan pelaksanaan pembangunan ekonomi saat ini, Momentum pertumbuhan ekonomi yang kondusif ini harus terus dipertahankan dan ditingkatkan terutama dalam menyongsong datangnya era bonus demografi bagi Indonesia.

Bonus demografi Indonesia ialah proporsi penduduk usia produktif sekitar 69%, dengan angka ketergantungan yang mencapai titik terendah, Artinya jumlah angkatan kerja yang besar, menanggung jumlah beban kelompok usia anak dan lansia yang lebih sedikit. Dengan demikian, bonus demografi menjadi peluang bagi Indonesia, jika usia produktif ini dibarengi ketersediaan lapangan kerja yang berimbang dengan pertumbuhan pencari kerja bagi Mereka yang memiliki keterampilan.

Implikasi Pergeseran Struktur Demografi Indonesia,berpengaruh pada munculnya tantangan dalam penciptaan lapangan kerja, terutama di sektor formal.Penduduk usia kerja harus dibekali dengan pendidikan dan keterampilan untuk mendukung pertumbuhan.

Usaha untuk meningkatkan pembangunan manusia Indonesia harus sudah dilakukan sekarang. Untuk menuju bonus demografi, kita masih memiliki lebih dari 5 tahun lagi. Pembangunan manusia tidak boleh dinomor-sekiankan, fokusnya harus termasuk underlined factor. Ini sangat penting karena pembangunan ini adalah investasi jangka panjang yang akan menjadi senjata utama untuk mencapai Indonesia yang lebih maju. []

RAHMAD FAUZAN, mahasiswa Jurusan Perencanaan Kota dan Wilayah Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.