Thursday, March 28, 2024
spot_img

Aceh Damai, Acehkita Berkonflik

ACEHKITA terus berkembang sejak lahir sampai dua tahun kemudian. Dari semula hanya sebuah website di bawah naungan Yayasan Acehkita, hingga menambah produk Majalah Acehkita. Setelah tsunami, Acehkita bukan hanya sebuah media alternatif tetapi juga mempunyai unit kemanusiaan Rumohkita.

Tak lama berselang, didirikanlah unit usaha PT Mandiri Daya Dinamika (MDD). Baru kemudian di bawah perusahaan tersebut lahir ‘Koran Acehkita’ bertepatan dengan penandatanganan MOU, pada 15 Agustus 2005. inilah awal punca ribut-ribut di Acehkita.

Munculnya PT MDD serta koran Acehkita tidak disetujui semua pihak. Saat itu orang-orang yang tidak sepakat dengan kedua hal itu, mendirikan Serikat Pekerja Acehkita (Sepak). Fakhrurradzie duduk sebagai ketuanya. Mereka menggugat agar berbagai persoalan dibicarakan dengan bijak, termasuk pengelolaan dana oleh para pengurus yayasan yang dinilai tidak transparan lagi.

Akibat perlawanan itulah, tutur Radzie, server acehkita.com yang berisi ratusan artikel dan foto, juga data selama pemberlakuan status darurat di Aceh, hingga kini tak bisa diakses dan situs itu ditutup untuk publik. Para board yayasan yang dimotori Smita Notosusanto, mempunyai kekuasaan besar atas aset-aset yang dimiliki.

Setelah peristiwa penutupan acehkita.com oleh yayasan pada September 2005, wartawan acehkita bergerilya di Aceh. Berkat donasi dari rekan-rekan LSM terkumpulah dana sekitar Rp 19 juta. Dari modal patungan itulah, Radzie dan teman-teman meluncurkan situs acehkita.com yang baru bertepatan dengan HUT TNI, 5 oktober 2005.

ACEHKINI
DOK. ACEHKITA.COM

“Kami pernah mencoba melanjutkan semangat Majalah Acehkita dengan menerbitkan majalah Acehkini pada Agustus 2007. Berharap masih ada majalah berkualitas sekelas Acehkita. Kendalanya juga uang. Jadi Acehkini pun hanya bertahan sampai April 2009,” katanya.

Rentang waktu 2005 hingga 2010 acehkita.com telah bereinkarnasi lima kali. Dan acehkita.com yang dinikmati hari ini adalah hasil kerja wartawan yang dengan suka rela menyumbangkan beritanya kepada redaksi. “Sekarang, tiga sampai lima berita sehari bisa kami muat, ketimbang tidak ada sama sekali,” kata Razi.

Nurdin Hasan yang sempat menjadi pengagum Acehkita sebelum tergabung di dalamnya mengatakan penyebab matinya sebuah media bisa karena uang dan juga kisruh antar pengurusnya. Yang terakhir itulah yang dialami oleh acehkita.com.

Radzie punya pandangan lain, ihwal acehkita muncul adalah sebuah eksperimen, perpaduan dunia LSM dengan dunia wartawan. Dari perkawinan itulah acehkita lahir. Tapi kenyataannya berbeda. Cukup sulit mempertemukan dua unsur ini. “Dan itu terbukti ketika terjadinya pecah kongsi antara orang-orang Acehkita.”

Meskipun begitu, Jauhari Samalanga tetap melihat masa lalu adalah sebuah paduan yang unik. Paduan antara Risman A Rachman dengan kekuatan konsepnya, Smita Notosusanto dengan keahlian mencari donor, kemampuan Dandhy Dwi Laksono mengelola redaksi dan marketing yang dilakoni oleh J. Kamal Farza merupakan satu kolaborasi yang sangat cantik sehingga mampu menciptakan sebuah media yang fenomenal pada masanya. “Mereka orang-orang hebat,” tuturnya.

Acehkita pernah jaya di masanya dalam melakukan advokasi dan upaya lainnya untuk mendorong perdamaian di Aceh. Terlepas dari kisruh yang datang belakangan, acehkita.com telah mencatatkan namanya sebagai yang tedepan dalam mengabarkan bahwa perang dan konflik Aceh itu kejam. Janganlah terulang. []

ADI WARSIDI | DESI BADRINA | TEUKU ARDIANSYAH (KAKI LANGIT)

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU