Friday, March 29, 2024
spot_img

Al-Chaidar: Masih Ada Keinginan Masyarakat untuk Merdeka

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Pengamat terorisme, Al-Chaidar, menyebutkan pengibaran bendera bulan – bintang pada 4 Desember lalu oleh oknum yang mengaku sebagai Tentara Acheh Merdeka, menunjukkan masih adanya keinginan oleh masyarakat untuk mencapai kemerdekaan.

“Menurut saya hal itu wajar. Mereka selama ini cenderung diiming-imingi ilusi oleh pemimpin politik Aceh untuk memimpikan kemerdekaan dengan berbagai esensi dan dengan berbagai  cara,” kata Al-Chaidar, dalam wawancaranya dengan acehkita.com, Selasa (06/12/2016).

Al-Chaidar menyebutkan, dalam masa-masa perdamaian seperti sekarang ini, masih ada beberapa kalangan yang punya memori romantisme masa perang, di mana, kemerdekaan adalah sebuah tujuan yang  hendak dicapai di kala itu. Ditambah lagi dengan banyaknya ketimpangan dalam tubuh organisasi yang dulu melawan melalui perang. Hal itu memuat ide atau mimpi untuk memiliki negara sendiri tidak akan padam.

“Hal seperti ini akan terus ada, karena ini kan merupakan mimpi dan imajinasi orang-orang Aceh tentang masa depan,” ujar Al-Chaidar.

Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia itu menyebutkan ketika kesejahteraan serta segala problem-problem kehidupan yang dihadapi oleh mereka (yang pernah terlibat dalam perjuangan GAM) tak pernah terselesaikan secara nasional, maka pergerakan untuk mengidamkan kemerdekaan akan selalu diupayakan. “Ketika Jakarta tidak bisa memberikan jawaban yang lebih pasti terhadap semua persoalan-persoalan yang muncul dan berpengaruh pada Aceh, pada akhirnya akan membuat mereka selalu menganggap mimpi dan imajinasi itu masih relevan.”

“Dalam setiap kesempatan ada sebuah momentum untuk dimanfatkan oleh gerakan-gerakan ini, dan saya kira Pemerintah Pusat harus lebih waspada,” ujar Al-Chaidar.

Meski demikian, Al-Chaidar mennyebutkan, pemerintah pusat perlu memberikan tawaran-tawaran besar kepada Aceh. Misal saja, sebutnya, pemberian data otonomi khusus, serta pembagian minyak dan gas yang lebih konkrit kepada pemerintahan di Aceh. Hal tersebut, tentunya akan membuat masyarakat Aceh lebih sibuk dalam pembangunan untuk mencapai sebuah kemajuan.

“Masih banyak yang belum terbangun di sana. Kereta api belum ada, kampus besar belum ada, pustaka hebat belum tersedia, serta banyak jembatan penghubung di Aceh,” ujar Al-Chaidar. Belum lagi bicara kemiskinan dan anak-anak yang putus sekolah. Segala persoalan tersebut harus segara diatasi oleh Pemerintah Indonesia, sehingga konflik bisa dihindari sebelum terjadi.

“Kalau tidak pada akhirnya mereka akan berkomentar bahwa tidak ada gunanya berada di bawah Indonesia,” kata Al-Chaidar.

Sebelumnya, sekelompok pasukan mengibarkan bendera bulan-bintang di suatu lokasi yang disebut berada di wilayah Samudera Pasee atau di sebelah utara Aceh. Mereka mengklaim berasal dari organisasi Tentara Acheh Merdeka. Hal tersebut didasari dari rilis yang dikirimkan ke redaksi media pada tanggal 4 September 2016, kemarin.

Rilis tersebut disebarkan oleh Abu Bakar al-Asyi, orang yang mengaku sebagai juru bicara Tentara Acheh Merdeka (TAM) Komando Pusat Acheh-Sumatera National Liberation Front/Aceh Merdeka. (ASNL/AM)

“Alhamdulillah perayaan pendeklarasian (pengibaran bendera) yang dikoordinir oleh Penglima Komando Tentara Acheh Merdeka telah sukses dilaksanakan di wilayah Samudera Pasee oleh Komando Pusat TAM,” tulis Abu Bakar dalam pernyataan rilisnya.

Belum jelas lokasi pasti tempat pengibaran bendera oleh pasukan bertopeng tersebut. Email konfirmasi lanjutan yang dikirim redaksi acehkita.com, hingga Selasa (06/12/2016) belum lagi direspon. Sementara dalam rilis tersebut, tidak dicantumkan  nomor kontak yang bisa dihubungi.

Dari foto dan video yang beredar, terlihat upacara digelar ala militer dengan pasukan berseragam berbaris rapi membentuk barisan. Tiga pria bertugas sebagai pasukan pengibar bendera. Azan berkumandang hingga bendera berada di ujung tiang. Upacara berlangsung khidmat.

Usai pengibaran bendera, terdengar kalimat baiat yang diucapkan secara serentak oleh seluruh peserta upacara. Baiat tersebut di lafazkan di bawah sumpah.

Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Goenawan, mengatakan, polisi hingga kini masih menyelidiki lokasi dan kelompok pengibar bendera tersebut.

“Kita mengidentifikasi lokasinya di daerah terpencil dan dilakukan secara tersembunyi,” kata Goenawan saat dikonfirmasi. Pengibaran bendera bulan bintang, kata Goenawan, melanggar aturan dan pelakunya akan ditindak.

“Kita sudah melakukan upaya persuasif mengimbau dan melarang masyarakat Aceh untuk tidak mengibarkan bendera bulan bintang karena itu masih secara hukum belum resmi. Belum disetujui oleh Pemerintah Pusat,” kata Goenawan. []

 

SUPARTA

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU