Friday, April 26, 2024
spot_img

Amsterdam, Kota yang Ramah

PAGI ini bangun agak telat karena semalam ada tamu. Matahari sudah ‘meulak-lak’, tersembul terang, baru terbangun. Kemudian bersiap-siap berangkat ke Amsterdam. Usai makan siang kami baru berangkat.

AC kurang berguna di musim begini dalam kendaraan. Angin luar lebih menyegarkan. Jendela kami buka lebar-lebar, sambil menikmati pemandangan yang sangat mengesankan. Ladang jagung, lahan peternakan lembu, kadang-kadang ada kincir angin terlihat berdiri kukuh, mengingatkan bahwa ini Belanda, negara yang sangat mahir menata pertanian dan saluran distribusi air.

Setelah masuk kota Amsterdam, ada sebagian jalan yang sedang diperbaiki. Kami kemudian menyusuri jalan-jalan sempit di samping kanal, kadang-kadang melewati jembatan kecil, yang penuh dengan pejalan kaki dan pengguna sepeda. Amsterdam kota hidup sampai larut malam. Sore ini permulaan malam minggu. Berkendara harus hati-hati, walau tidak macet tapi harus waspada karena penuh dengan pejalan kaki dan pengguna sepeda.

Kami lewati Science Center NEMO, museum teknologi Belanda yang berbentuk kapal raksasa, dan di atas atapnya yang mirip deck kapal, terlihat pengunjung ada yang sedang duduk, dan jalan mondar-mandir menikmati pemandangan. Di sebelahnya, ada National Maritime Museum dan sebuah kapal kayu, replika dari kapal VOC zaman dahulu yang tenggelam di the Channel, selat antara selatan Inggris dengan Utara Perancis.

Kemudian setelah masuk beberapa lorong, kami keluar tepat di Dam Square, lapangan utama Amsterdam. Dinamakan Dam, memang karena sebagai dam yang ditimbun untuk menahan air sungai Amstel. Nama Amsterdam adalah gabungan dari nama sungai Amstel dan Dam.

Sebelah kiri kami Hotel Krasnapolsky, hotel pertama Amsterdam dahulu yang menyediakan air panas dan telepon dalam kamar, dan museum lilin Madame Tussaud, dan di sebelah kanan kami tugu the National Monument, sebuah monumen yang didedikasikan kepada korban perang dunia ke dua.

Di depan kami the Royal Palace, istana raja Belanda, tempat penyerahan kedaulatan dari Ratu Juliana kepada Muhammad Hatta. Kemudian kami berputar ke kanan sampai ke arah ruang parkir department store De Bijenkorf, tujuan kami. Setelah menjemput seorang kawan yang menunggu di depan pintu, kami masuk ke pusat perbelanjaan.

Setelah putar-putar di bawah, barang yang dijual bermerek dan harga selangit, memang bukan tujuan kami.

IMG-20160814-WA0003Tujuan adalah lantai lima, lantai food court dan restoran, untuk mencari kopi. Setelah duduk dan memesan minuman, datang bang Tossi, Aboeprijadi Santoso, wartawan senior. Dulu ketika radio Belanda RNW masih hidup, berita yang beliau bacakan menjadi menu wajib semua aktifis dan gerilyawan di Aceh, Papua, Timor Leste dan Maluku. Kami diskusi panjang tentang perkembangan politik Aceh dan masalah MoU Helsinki. Saat menjadi wartawan, bang Tossi juga turut meliput perundingan.

Ada satu hal indah terjadi di food court. Ketika selesai memesan minuman, kami mencari cake untuk makanan ringan. Setelah pilih-pilih, ada satu cake keju, yang sepertinya enak. Ketika kami ke kasir, sebelum membayar, kasirnya dengan ramah menyapa, “cake ini ada kandungan alkoholnya. Bagusnya tidak dibeli dan bisa pilih yang lain”. Saya terhenyak, sebab kasir itu ketika melihat rombongan kami ada yang berjilbab, dia yakin kami muslim, dan muslim tidak mengkonsumsi alkohol, dia ingatkan sebelum menerima bayaran. Kami langsung meletakkan cake tersebut ke tempat semula sambil mengucapkan terima kasih kepada kasir yang baik itu.

IMG-20160814-WA0006Hal lain yang menarik juga, peralatan mesin kopi sangat lengkap. Satu orang saja yang melayani, bisa dengan sigap memenuhi permintaan pelanggan yang memesan berbagai jenis minuman. Kopinya illy cukup enak, namun tidak seenak kopi Gayo kita.

Setelah mengobrol beberapa saat, kami turun untuk menunggu teman lain satu lagi. Sebelum dia datang, bang Tossi memberikan sepeda Brompton kesayangannya untuk saya test drive. Wow, sangat nyaman, ringan dan menyenangkan. Jadilah saya seperti anak kecil baru belajar naik sepeda, berputar-putar di pelataran the Dam, menikmati nyamannya kendaraan paling sehat ini.

IMG-20160814-WA0002Brompton adalah merek sepeda dari Inggris, dibuat dengan tangan di kota London sejak 1975. Mudah dilipat, beratnya hanya 12 kilogram, menjadi sepeda paling nyaman untuk dipakai di dalam kota.

Setelah teman yang ditunggu datang, kami kemudian menyusuri Damrak, sebuah jalan yang menghubungkan the Dam dan Amsterdam Centraal. Di sisi jalan Damrak, berjejer berbagai toko souvenir Amsterdam, restoran dan beberapa museum, hotel dan tempat penukaran uang. Di sebelah kanan jalan, ada dermaga-dermaga boat untuk membawa wisatawan berwisata membelah sungai-sungai di Amsterdam.

Damrak tidak terlalu luas, tetapi sangat bagus dan unik. Ada jalur pejalan kaki, kemudian lajur untuk sepeda, di tengah ada dua rel untuk metro tram, dan di sebelahnya lagi, jalan untuk mobil.

Luar biasa, ruang yang ditata rapi, lingkungan yang dijaga kebersihan dan keindahannya, akan membawa berkat kepada semua.

Sangat penting menata ruang dengan teratur, dan menjaga kelestarian lingkungan di sekitar kita. []

MUNAWAR LIZA ZAINAL

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU