BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Menteri Pendidikan Anies Baswedan mengajak masyarakat untuk mencintai dan melestarikan bahasa daerah masing-masing. Pasalnya, sejumlah bahasa daerah kini mulai terancam hilang karena jarang digunakan oleh masyarakat penuturnya.
“Cara agar bahasa daerah tidak hilang adalah dengan diajarkan di sekolah-sekolah, di rumah, dan semua orang harus mempromosikannya,” kata Anies saat membuka Kongres Peradaban Aceh di Gedung AAC Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Rabu (9/12/2015).
Di Aceh terdapat sekitar 10 bahasa daerah —sayangnya jika tidak dilestarikan juga akan tenggelam ditelan zaman. Kongres Peradaban Aceh yang digagas sejumlah seniman dan tokoh Aceh digelar untuk upaya pelestarian bahasa-bahasa lokal yang ada di provinsi ini. Karenanya, Kongres Peradaban Aceh yang digelar untuk pertama kalinya ini mengambil tema “Penguatan Bahasa-bahasa Lokal di Aceh”.
Anies Baswedan menyebutkan, untuk menjadikan bahasa daerah diterima secara nasional sebenarnya mudah. Contohnya, lema “santai” diadopsi dari bahasa suku Komering di Sumatera Selatan. Kini, lema “santai” sudan diterima secara meluas oleh penutur bahasa Indonesia dan masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
“Saat ini ada sekitar 200 kosa kata dari bahasa daerah Aceh yang masuk KBBI, 112 di antaranya dari bahasa Aceh, 45 dari bahasa Gayo, dan 32 dari bahasa Alas,” lanjut Anies.
Karenanya, ia mengarak masyarakat untuk aktif menggunakan dan mempromosikan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari. []
GHAISAN