Friday, March 29, 2024
spot_img

Barongsai Dilarang di Aceh

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Komunitas warga negara Indonesia keturunan Tionghoa di Banda Aceh mengaku kecewa dengan keputusan Kanwil Departemen Agama (Depag) Aceh yang melarang atraksi barongsai.

pontianak.go.id
pontianak.go.id
Atraksi ‘naga’ itu rencananya akan digelar bersamaan dengan doa bersama peringatan 5 tahun tsunami oleh etnis Tionghoa mulai dari kuburan massal Lambaro, keliling jalan utama dalam kota Banda Aceh hingga puncaknya di Pantai Ulee Lheue, Minggu (20/12) besok.

“Kami sebenarnya kecewa dengan pelarangan ini, karena barongsai bukan bagian agama melainkan hanya atraksi budaya,” kata Yuswar, seorang warga turunan yang juga panitia pelaksana kegiatan peringatan lima tahun tsunami dari komunitas Tionghoa, kepada acehkita.com, Sabtu (19/12).

“Malah, (barongsai) sekarang sudah jadi bagian budaya di Indonesia. Lihat saja, banyak daerah leluasa menampilkan barongsai, seperti di Jakarta, Bandung, Medan dan daerah lainnya. Tapi di Aceh malah nggak bisa.”

Pihak panitia , kata dia, sudah tiga kali meminta izin pagelaran barongsai ke Depag Aceh, melalui surat dan tatap muka langsung dengan pejabat kantor tersebut. “Terakhir awal bulan kemarin,” ujarnya.

Tapi pejabat Depag tetap tak mengizinkan atraksi itu digelar. “Alasannya karena kondisi Aceh belum memungkinkan (untuk menggelar barongsai). Tapi, kami ngak tahu kondisi yang dimaksud itu apa,” sebut Yuswar.

Akibat dilarang, tim barongsai yang sebelumnya sudah disewakan dari Medan, terpaksa dibatalkan. Rencananya, atraksi barongsai ini akan ditampilkan dengan berkeliling kota Banda Aceh dan finish di pantai Ulee Lheue.

Menurut keyakinan warga Tionghoa, atraksi barongsai bisa menenangkan arwah penasaran saudara mereka yang menjadi korban tsunami, 26 Desember 2004 silam. Dalam bencana itu, ribuan warga Cina diperkirakan juga tewas bersama dengan ratusan korba lain.

Meski tanpa barongsai, kata Yuswar, peringatan 5 tahun tsunami tetap mereka laksanakan, besok pagi. Acara yang dipusatkan di Ulee Lheue itu akan diisi dengan doa bersama penganut Budha, tabur bunga dan pelepasan lentera ke laut. Doa akan dipimpin 11 biksu. Diperkirakan, acara ritual itu akan diikuti ratusan warga turunan.

Warga Thionghoa adalah etnis minoritas di Aceh, yang kebanyakan beraktivitas sebagai pedagang, dan bebas hidup berbaur dengan warga pribumi. Menurut Yuswar, jumlah mereka mencapai ribuan orang. “Di Banda Aceh saja ada 3.500 orang,” katanya. []

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU