Thursday, April 18, 2024
spot_img

Malam Istimewa untuk Zifana [2]

Baca Juga:
Malam Istimewa untuk Zifana [1]

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Malam kian larut. Hentakan musik house masih membahana dalam suasana remang-remang. Pemilihan Duta Waria Aceh juga diselingi lips singing tiga waria dan break dance. Ada juga tarian diiringi lagu dangdut Trio Macan. Mereka mengenakan pakaian ketat, wajah dihiasi make up yang terkesan menor dan “rambut panjang” menjuntai. Mereka menghentak dan menggoyang tubuh di atas pentas.

Banyak pengunjung waria juga yang berpakaian ketat, wajah mereka dihiasi make up tebal, sehingga “kelihatan lebih seksi”. Ada juga yang mengenakan pakaian long dress berjuntai panjang ke bawah. Beberapa dari mereka terlihat mengenakan jilbab, tapi wajah tetap bermake up tebal.

Ucok Parta/ACEHKITA.COM
Ucok Parta/ACEHKITA.COM
Menurut Timmy Miyabi, sang panitia, waria di Banda Aceh berjumlah sekitar 150 orang. Mereka yang sebagian besar bekerja di salon kecantikan. Selama ini, mereka tidak pernah diperlakukan kasar atau dideskreditkan karena “bisa menempatkan diri di tengah masyarakat.”

Setelah enam finalis terpilih, segera ditentukan tiga pemenang harapan satu, dua dan tiga. Selain itu juga diumumkan waria terbaik catwalk, tapi pada selempang ditulis “cet work”. Untuk kategori waria terbaik make up selempangnya ditulis “met up”. Kesalahan penulisan entah disengaja atau tidak. Tak ada penjelasan untuk itu. Ada juga kategori favorit dan busana terbaik. Kepada mereka semua diberikan selempang.

Tiga finalis yang tersisa adalah Jasmine Mulan Sayuri dari Aceh Selatan, Zifana Letisia mewakili Aceh Utara, dan Joy, asal Aceh Tengah masuk tiga besar. Kepada mereka diajukan satu pertanyaan yaitu apa yang mereka lakukan apabila terpilih menjadi “Miss” Waria Aceh 2010 di tingkat nasional.

Mulan ingin membentuk komunitas khusus yang anggotanya semua waria agar keberadaan waria di Aceh bisa lebih banyak berkecimpung di bidang sosial dan budaya. Zifana ingin mengajak kaum waria Aceh lebih banyak berperan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan budaya. Sedangkan Joy akan mencoba untuk meningkatkan sektor pariwisata di Aceh.

Setelah bersidang, akhirnya dewan juri memutuskan Zifana (19) terpilih sebagai Miss Waria Aceh 2010. Posisi kedua ditempati Joy dan ketiga adalah Mulan. Ketiganya mendapat piala. Yang jadi pertimbangan penilaian antara lain cara berpakaian, penampilan dan postus tubuh, kecakapan berkomunikasi, wawasan, kepekaan terhadap lingkungan dan kepedulian sosial.

Zifana, yang ditanya wartawan usai penganugerahan sebagai “Miss” Waria Aceh 2010 mengatakan, dia akan berusaha untuk mengharumkan nama dan mempromosi budaya Aceh di tingkat nasional.

“Saya akan buktikan bahwa waria Aceh dapat bersaing di tingkat nasional,” kata dia, yang mengaku saat ini tercatat sebagai mahasiswa semester tiga jurusan keperawatan sebuah universitas di Banda Aceh. Di samping kuliah, sehari-hari Zifana bekerja sebagai penata rias pengantin. Tapi, dia menolak menyebut nama universitas tempatnya menimba ilmu pengetahuan.

“Kuliah dirahasiakan, pokoknya universitas ternama di Banda Aceh,” kata Zifana, yang mengaku tak mengalami kesulitan bergaul dengan lingkungan sebab dia bisa membawa diri kendati keluarganya masih belum bisa menerima dengan keadaannya sebagai waria.

“Di kampus, saya berprestasi cukup bagus. Jadi teman-teman tidak ada yang berani melecehkan. Bahkan mereka bangga dan sopan pada saya. Mereka tahu, saya waria,” katanya.

Menyinggung pemberlakuan syariat Islam di Aceh, Zifana menyatakan dukungannya karena dia mengaku tak merasa terganggu. “Waria di Aceh bisa menempatkan diri pada tempatnya. Mereka tidak melakukan hal-hal negatif. Mereka semua punya pekerjaan,” katanya.

Menyangkut Qanun Jinayat, waria yang terus tersenyum karena berhasil meraih penghargaan terbaik di malam istimewa itu, menyatakan akan melihat perkembangan. Bila perlu, akan dilaksanakan pertemuan khusus waria Aceh untuk membicarakan masalah tersebut guna menentukan sikap.

“Sekarang sebenarnya was-was juga, tetapi nanti akan bikin forum khusus untuk mencari jalan tengah,” katanya.

Dalam Qanun Jinayat yang telah disahkan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, September lalu, disebutkan bahwa pelaku homoseksual dan lesbian diancam hukuman 100 kali cambuk dan denda 1.000 gram emas murni atau penjara paling lama 100 bulan.

Tetapi, qanun itu belum bisa diimplementasikan karena Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menolak menandatanganinya. Salah satunya, belum ada kesepakatan bersama antara eksekutif dan legislatif Aceh, terutama menyangkut hukuman rajam sampai mati terhadap pelaku zina yang telah menikah. Qanun itu juga ditentang aktivis pembela hak asasi manusia dalam dan luar negeri.

Kritikan agak keras disuarakan Timmy Miyabi, karena “masih banyak persoalan lain yang harus dikerjakan pemerintah daripada hanya sekadar melakukan razia wanita berpakaian ketat dan jilbab.”

“Bagusnya urus dulu lapangan pekerjaan, pengangguran atau masalah lain yang menyangkut hajat hidup orang banyak daripada mengurus urusan pribadi orang, karena semua orang berhak mengekspresikan kepribadiannya,” katanya, sambil menyulut sebatang rokok.

Menurut Timmy, ketika mengurus izin ke MPU, dia jelaskan dan berharap supaya diberikan “satu hari istimewa dalam setahun” kepada kaum waria di Aceh untuk menggelar event akbar itu. Akhirnya, malam istimewa pun terwujud dan menjadi milik Zifana. []

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU