BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo mengingatkan media agar sensitif dalam memberitakan kasus perempuan dan anak. Ia menilai banyaknya pemberitaan media yang cenderung mengabaikan hak anak dan perempuan.
Jika media tidak peka dalam memberitakan kasus yang menimpa anak dan perempuan, akibatnya bisa menimbulkan sikap traumatis dan melanggar kode etik jurnalistik.
“Pada awal bulan ini saja ada beberapa laporan yang akan segera diproses oleh Dewan Pers terkait isu pemberitaan yang terlalu vulgar dalam kasus perempuan dan anak,” ujar Yosep Adi Prasetyo pada workshop panduan peliputan tentang kasus perempuan dan anak yang diselengarakan Forum Jurnalis perempuan Aceh di aula gedung BKKBN 21 Mei 2016.
Di Aceh pernah terdapat sejumlah kasus pemberitaan anak dan perempuan yang ditangani Dewan Pers. Aliansi Jurnalis Independen Kota Banda Aceh, misalnya, melaporkan pemberitaan yang dinilai menghakimi (trial by the press) oleh sebuah media lokal pada 2014 lalu. Sebelumnya, Dewan Pers juga pernah menegur sebuah koran lokal yang secara vulgar memberitakan kasus mesum.
Kasus pemerkosaan dan pencabulan marak terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Ketua Dewan Pers mencontohkan kasus yang menimpa Eno di Tangerang dan Yuyun di Bengkulu. Jika tidak hati-hati dan peka, media bisa terjerembab dalam pelanggaran etika, hingga menimbulkan rasa tidak nyaman di kalangan korban atau keluarga.
“Harus diingat bahwa semua anak itu adalah korban dan mereka mendapat perlindungan dan jaminan dari negara,” ujar pria yang akrab disapa Stanley ini.
Stanley juga meminta media berhati-hati dalam memberitakan hubungan kekerabatan korban dengan pelaku. []
KHITHTHATI
