Saturday, April 20, 2024
spot_img

Burung Istri Presiden

Sebuah spesies baru burung ditemukan di Pulau Rote, NTT. Penemunya adalah peneliti LIPI, Dr Dewi Malia Prawiradilaga, yang bekerja untuk negara sejak 1979.

Tapi burung itu diberi nama “Myzomela irianae”. Myzomela adalah nama genus dari si burung, sedangkan “irianae” diambil dari nama istri Presiden Joko Widodo.

Spesies burung ini termasuk dalam keluarga “Meliphagidae” dengan ciri paruh panjang dan penghisap nektar tanaman seperti banyak ditemukan di Australia. Teori Alfred Wallace cukup membantu menjelaskan persebaran satwa seperti ini.

Mungkin ilmuwan seperti Dewi Malia Prawiradilaga tak keberatan. Dia bukan Edmun Halley yang mengukir namanya pada sebuah komet. Ia juga bukan Newton atau Archimedes yang namanya diabadikan menjadi hukum gravitasi dan tekanan air.

Sebagai peneliti burung, doktor filsafat ekologi lulusan Australia National University seperti Dewi barangkali juga sudah selesai dengan urusan “eksistensi” sehingga namanya tak perlu diukir pada temuan-temuannya.

Tapi menamai sebuah temuan seperti ini tanpa alasan yang jelas, juga sangat mengganggu. Tiga media besar seperti Kompas, CNN, atau detik yang memberitakan soal ini tak menyebut alasannya, selain semata gagasan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang direstui Presiden Jokowi.

Tak ada yang menulis tentang kontribusi Ibu Iriana terhadap, misalnya, pelestarian lingkungan hidup, baik setelah maupun sebelum menjadi Ibu Negara. Atau perannya dalam penyelamatan satwa-satwa langka yang punya jasa lingkungan yang penting bagi ekosistem yang kita diami.

Satu-satunya yang mengaitkan Ibu Iriana dengan burung barangkali adalah hobinya memelihara burung, atau menyambangi pasar burung Depok di Solo.

Penamaan tanpa alasan seperti ini mengingatkan kita pada tradisi “cari muka” di era Orde Baru. Nama jalan, nama bukit, dan uang kertas, memakai nama dan gambar Soeharto, meski orangnya masih hidup. Dan yang “mukanya dicari”, ikut menikmati.

Tadinya saya kira beginilah cara-cara (politik) yang dilakukan Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles untuk mengklaim penamaan bunga padma raksasa dengan “Rafflesia Arnoldii”. Tapi Raffles memang pemimpin ekspedisi saat bunga itu ditemukan di Bengkulu Selatan pada 1818, bersama Dr. Joseph Arnold. Jadilah nama keduanya dipakai.

Politik makin menjadi artifisial dan penuh simbol untuk membangun citra. Seperti posting “big data” Sekretaris Kabinet (Pramono Anung, red) di twitter pagi ini.
burung istri presiden
Sebenarnya bersamaan dengan temuan burung “Myzomela irianae” juga ditemukan spesies baru orangutan di Sumatera Utara oleh LIPI, IPB, Universitas Zurich, dan Yayasan Ekosistem Leuser.

Para peneliti sepakat menamainya “Pongo tapanuliensis”. Kali ini Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tak terdengar mengusulkan agar nama Presiden diletakkan di belakang spesies baru orangutan.[]

Dandhy Dwi Laksono adalah pendiri Acehkita.com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU