Tuesday, April 23, 2024
spot_img

FILM | Cara Upin dan Ipin Mengenang P. Ramlee

DUDUK di atas sofa, bocah kembar ini tertawa terpingkal-pingkal. Mata mereka tak lekang dari tabung televisi berlayar hitam putih. Di samping kiri, lelaki tua juga tak kalah kerasnya tertawa.

Di sela-sela tawa nyaring mereka, sayup-sayup terdengar dialog dari sebuah film lama berjudul “Bujang Lapok”, sebuah film yang amat terkenal di seantero Malaysia.

Tak puas menonton “Bujang Lapok”, dua bocah kembar itu, Upin dan Ipin, meminta Atok Dalang menyetel koleksi film lainnya. Atok memilih film berjudul “Hang Tuah”.

Jadilah seharian bocah lucu penggemar ayam goreng itu menghabiskan hari menikmati film-film P. Ramlee.

Itulah adegan pembuka episode baru Upin dan Ipin, film kartun tiga dimensi yang diproduksi Les’ Copaque. Episode berjudul “Kenangan Mengusik Jiwa” ini dikhususkan untuk mengenang aktor kawakan P. Ramlee.

Sepanjang tiga bagian, “Kenangan Mengusik Jiwa” menghadirkan cuplikan dialog dan adegan film P. Ramlee. Namun, jangan bayangkan bahwa adegan itu merupakan footage dari film asli P. Ramlee.

Adegan dan dialog itu semuanya diperankan oleh Upin dan Ipin cs. Lihat saja misalnya saat Upin, Ipin, dan Atok Dalang usai menonton Hang Tuah.

“Upin paling suke mase, eh…,” ujar Upin. Adegan berubah menjadi gambar hitam putih.

“Aku suruh cari orang yang gagah, bukan badan kurus macam ini!” kata Upin sembari menunjuk Atok Dalang.

“Tuan director, ini lah betul-betul orang gagah tuan. Sekali dia makan nasi boleh habis lima pinggan,” sebut Ipin.

“Itu bukan gagah. Itu gelojoh. Ini macam nak jadi Hang Tuah? Coba lihat. Haik, Hang Tuah pakai sepatu. Sudah, suruh dia pulang,” perintah Upin sembari menunjuk Atok Dalang yang berbadan kurus.

“Tuan Director, kalau saya tak boleh jadi Hang Tuah pun tak apa lah. Kasih lah saya jadi Hang Jebat,” Atok Dalang memelas.

“Nak jadi Hang Jebat? Sekali orang ketis, nak berhambo tulang rusuk ko semua,” kata Upin lagi, menujuk fisik Atok Dalang.

Itulah reka ulang adegan film “Hang Tuah” yang dilakukan Upin dan Ipin. Dan, mereka pun terbawa dalam suasana film yang dirilis pada 28 Januari 1965 itu.

***

P. RAMLEE merupakan aktris Malaysia yang kesohor tak hanya di negerinya. Di Indonesia, P. Ramlee juga memiliki nama yang harum. Apalagi di Aceh. Ia memiliki tali-temali dengan daerah di ujung barat Indonesia itu.

P. Ramlee terlahir dengan nama Teuku Zakaria bin Teuku Nyak Puteh di Pulau Pinang, 22 Maret 1929. Ia memiliki darah Aceh, karena sang ayah, Teuku Nyak Puteh, berasal dari Lhokseumawe. Sementara ibunya bernama Che Mah Hussein, asli Malaysia.

Ramlee kecil sudah meminati dunia seni. Mulanya, ia suka bermain ukelele, lalu beralih ke alat musik gitar dan biola. Ketertarikannya pada bermusik, membuat ia bergabung dalam Orkes Teruna Sekampung dan Sinaran Bintang Sore.

Pada 1947, ia menjuarai lomba nyanyi Radio Pulau Pinang yang kemudian mengantarkannya menjadi Bintang Penyanyi Utama Malaysia.

Pada lomba itu lah, Teuku Zakaria menyematkan nama P. Ramlee, sehingga kelak menjadi tenar. P dimaksudkan untuk merujuh nama ayahnya: Puteh. Sejak saat itu (1947) ia dikenal sebagai P. Ramlee hingga ajal menjemput pada 29 Mei 1973, di usia 44 tahun.

Chinta (1948) merupakan film pertama yang diperankan P. Ramlee, berperan sebagai penjahat dan penyanyi latar.

Semasa hayatnya, P. Ramlee membintangi 66 film. Tak hanya dikenal sebagai pelaku seni peran, P. Ramlee juga dikenal dengan lagu-lagunya.

“Zapin Malaysia”, “Nak Dara Rindu”, dan “Kalau Kaca Menjadi Intan” untuk menyebut beberapa judul lagu saja. Sepanjang hayatnya, ia telah menyanyikan 359 judul lagu.

Atas kiprahnya memajukan dunia seni dan budaya, Raja Yang Dipertuan Agung Malaysia memberikan penghargaan Bintang Kebesaran Darjah Panglima Setia Mahkota pada 1990. Lalu Kerajaan menambah gelar Tan Sri pada nama P. Ramlee.

***

EPISODE “Kenangan Mengusik Jiwa” merupakan cara Les’ Copaque untuk merawat ingatan generasi muda terhadap aktor legendaris P. Ramlee.

Sepanjang tiga bagian episode “Kenangan Mengusik Jiwa” itu, hampir semua pemeran Upin dan Ipin merekonstruksi dialog yang ada dalam film-film P. Ramlee. Bahkan, Mei-mei dan Susanti, ikut menyanyian salah satu lagu Ramlee.

Pada adegan akhir, “Kenangan Mengusik Jiwa” menghadirkan Aziz Satar, lawan main P. Ramlee di “Bujang Lapok”.

Dan, Upin-Ipin tak mengenal Aziz Satar karena memang berbeda generasi. “Tak sama pun,” kata Ipin saat bertemu Aziz Satar di warung kopi.

Upin mengamini pernyataan adiknya. “Tu muda, yang ini tua.”

Aziz punya cara memanggil ingatan dua bocah kembar itu. “E, walaupun rupamu tidak kukenal, namun lubang hidungmu tetap menjadi pujaan hatiku,” Aziz mengutip dialog “Bujang Lapok”.

Generasi Upin dan Ipin terpaut jauh dari masa P. Ramlee. Sehingga, dengan lugunya Upin bertanya keberadaan P. Ramlee pada Aziz Satar.

Lalu, Aziz Satar menyebutkan bahwa P. Ramlee telah meninggal dunia 39 tahun lalu. Tapi ia masih tetap dikenal sebagai pelakon, penyanyi, pemusik, pengarah, pengubah. “Dia boleh dipanggil sebagai seniman legenda. P. Ramlee adalah seniman negara,” kata Aziz pada Upin dan Ipin.

Benar, P. Ramlee memang tak lekang oleh panasnya matahari menyengat, dan tak akan lapuk oleh hujan yang terus mengguyur. Dan, inilah cara Upin dan Ipin mengenang seniman Malaysia berdarah Aceh itu. []

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU