Dandhy dan Ucok menerobos banjir. | FOTO: Ekspedisi Indonesia Biru

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Hampir tiga bulan dua jurnalis ini bepergian sembari mengusung jurnalisme ransel. Berpetualang, menantang maut, dan mendokumentasikan Indonesia. Mereka menyebut tstilah kerennya backpack journalism.

“Ekspedisi ini ingin merekam dan mendokumentasikan semua itu sebagai bagian dari ingatan kolektif bangsa Indonesia. Agar kita dan generasi baru nanti dapat belajar. Tak perlu selalu setuju. Tapi setidaknya ada percakapan publik dan bahan pengetahuan baru. Bila memang ini tugas media atau jurnalis, kami pun menyebutnya ‘backpack journalism’,” kata Dandhy D. Laksono, penggagas ekspedisi ini.

Baca: Prolog Catatan Perjalanan Ekspedisi Indonesia Biru

Sejak memulai perjalanan yang dinamakan dengan Ekspedisi Indonesia Biru pada 1 Januari 2015, Dandhy Dwi Laksono dan Suparta “Ucok” Arz telah menjelajahi Pulau Jawa di bagian selatan. Meski, beberapa penyebab mereka tak sesuai dengan rute yang direncanakan pada awalnya.

Memulai dari markas WatchdoC di Pondok Gede, Bekasi, Dandhy dan Ucok menuju Banten. Di sana, mereka mengabadikan ragam momen kehidupan masyarakat Baduy Luar dan Baduy Dalam. Banyak pelajaran kehidupan yang diperoleh dua jurnalis ini.

Lihat: Video Baduy

Dari Baduy, duo-jurnalis ransel ini menuju Ciptagelar, sebuah kasepuhan yang berada di ketinggian 1.100 meter dari permukaan laut di sisi barat Gunung Halimun, Sukabumi, Jawa Barat.

Video Ciptagelar

Jawa Tengah menjadi tujuan selanjutnya. Mereka mengunjungi masyarakat Samin di Sukolilo, Pati, Jawa Tengah. Samin telah 125 tahun berjuang mempertahankan tanah mereka. Saat ini, mereka tengah berjuang menolak kehadiran pabrik semen, yang dinilai berpotensi merusak lingkungan dan menghancurkan sistem perairan di kawasan tersebut.

Singgah sebentar di Yogyakarta, mereka memperbaiki beberapa alat yang rusak, seperti drone.

Destinasi lain adalah kawasan Taman Nasional Bromo dan Semeru di Jawa Timur. Kedua lokasi ini menjadi andalan wisata provinsi tersebut. Di ketinggian 2.900 meter dari permukaan laut, hiduplah masyarakat Tengger. Mereka masyarakat pertanian, yang lahan mereka sempit, karena berbenturan dengan status Taman Nasional Bromo dan Semeru.

LIHAT: Video Tengger

Status Taman Nasional sendiri baru ditetapkan Menteri Pertanian tahun 1982. Tapi status Ranu Pani sebagai cagar alam telah diputuskan jauh sebelum itu, yakni sejak masa kolonial melalui surat keputusan Gubernur Hindia Belanda tahun 1922. Sebab, kawasan Ranu Pani dan Semeru adalah daerah sumber resapan air bagi sungai-sungai vital di Pulau Jawa seperti Berantas dan Sampeyan Madura.

LIHAT: Video B29 Bromo

Ke Jawa Timur, artinya Dandhy pulang kampung di Lumajang. Sepanjang Februari, mereka hilir-mudik dari Lumajang ke Tengger. Di Lumajang pula, Dandhy menyelesaikan pembuatan film dokumenter Samin Vs Semen. Ini proyek nirlaba yang dikerjakan untuk membantu masyarakat Samin di Pati sana, yang tengah berjuang di pengadilan melawan korporasi semen.

Sejak Kamis pekan lalu, Dandhy dan Ucok menyeberang ke Bali. Di Pulau Dewata itu, mereka merekam aksi masyarakat menolak reklamasi Pantai Benoa.

Dua bulan berada di Jawa, banyak dokumentasi –foto, tulisan, dan video– yang telah mereka hasilkan. 13 edisi catatan perjalanan Ekspedisi Indonesia Biru bisa Anda nikmati pada kanal LAPORAN KHUSUS acehkita.com.

Kami merasa perlu ikut menyebarluaskan dokumentasi ini. Selain karena memang penting bagi publik, kedua jurnalis ransel ini punya hubungan emosional dengan situs ini. Sejak 19 Juli 2003, Dandhy D. Laksono mendirikan acehkita.com dan menjadi pemimpin redaksi hingga medio 2005 lalu. Sedangkan Ucok, pria kelahiran Geumpang, Pidie, 34 tahun lalu, itu merupakan pewarta foto situs ini.

Dan, inilah dokumentasi di balik layar dua jurnalis ransel selama dua bulan di Pulau Jawa. (Simak video di bawah ini). []

FG

[vc_video link=”https://www.youtube.com/watch?v=erJ3JiOn0_c”]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.