BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Dua jurnalis backpacker yang menginisiasi Ekspedisi Indonesia Biru (EIB) akhirnya berhasil menaklukkan jalur Trans Kalimantan yang dikenal paling sulit.
Dandhy Dwi Laksono dan Suparta Arz mengakui bahwa lintas Trans Kalimantan yang mereka lalui terbilang jalur menggetarkan. Pasalnya, jalur yang menghubungkan Samarinda dan Pontianak itu memiliki panjang total 2.025 kilometer.
Nah, sepanjang jalan yang setara Jakarta-Surabaya lalu balik lagi Jakarta-Solo, lanskapnya didominasi ladang dan perkebunan sawit, terutama di Kalimantan Tengah, antara Sampit sampai perbatasan Kalimantan Barat.
Jalan itu lebih banyak dikuasai oleh truk-truk sawit, dibandingkan kendaraan umum atau mobil pribadi.
Berikut catatan Dandhy Dwi Laksono dan Suparta Arz soal pengalaman mereka menembus Trans Kalimantan selama perjalanan Ekspedisi Indonesia Biru.
“Bagian Nusantara yang paling menggentarkan adalah jalur darat trans Kalimantan dari Samarinda-Pontianak sepanjang total 2.025 km (setara Jakarta-Surabaya, balik lagi Jakarta-Solo)
Referensi saya adalah kisah dan catatan perjalanan Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa yang dilakukan Farid Gaban dan Ahmad Yunus, enam tahun silam. Meski mereka menyusuri rute sebaliknya: Pontianak-Samarinda.
Saat itu mereka masih melintasi jalan-jalan perkebunan kelapa sawit dengan kondisi belum seluruhnya beraspal, dan jarang penjual makanan atau bensin eceran di tepi jalan.
Tapi kini, Samarinda – Pontianak telah berselimut aspal dan tembus, kecuali di Tayan (Kalbar) karena jembatan yang belum jadi. Motor harus naik perahu kelotok.
Sepanjang 2.025 kilometer itu, mayoritas lanskapnya didominasi ladang dan perkebunan sawit, terutama di Kalimantan Tengah, antara Sampit sampai perbatasan Kalbar.
Satu-satunya lokasi di mana Anda bisa sedikit bernostalgia dengan sisa-sisa hutan hujan tropis Kalimantan yang legendaris adalah di daerah pegunungan, perbatasan antara Kalteng dan Kalbar (garis merah).
Selebihnya, sawit, ladang, sawit lagi, pernukiman, lalu sawit lagi.
Bayangan membawa bensin cadangan di jeriken atau bekal makanan, buyar melihat bagaimana industri perkebunan telah membuka akses Kalimantan demikian ramai.
Ramai?
Selain satu dua kendaraan pribadi atau anjing dan babi, jalan nasional ini praktis milik truk pengangkut buah sawit dan truk tanki minyak sawit.” []
DANDHY | SUPARTA | EIB