BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Para penjelajah Ekspedisi Indonesia Biru, Dandhy Dwi Laksono dan Suparta Arz, tiba di perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini, Selasa (7/7/2015).

Dandhy menyebutkan, perjalanan Ekspedisi Indonesia Biru tiba di Distrik Sota, 79 kilometer arah Utara Merauke. Ini merupakan distrik yang langsung berbatasan dengan negara Papua Nugini.

“Setelah menempuh perjalanan selama enam bulan, enam hari, hari ini kami tiba di ujung aspal NKRI,” ujar Dandhy dalam akun Facebooknya, Selasa.

Tak lupa, Dandhy dan Suparta mengunggah sebuah foto pose di tugu perbatasan, yang mengabari posisi perbatasan Indonesia: 141 derajat Bujur Timur dan 8 derajat Lintang Selatan.

Tugu titik nol Indonesia itu dibuat pada 23 Agustus 1967, dua tahun sebelum Papua memutuskan bergabung dengan Negara Kesatuan Indonesia melalui sebuah jajak pendapat yang dinamakan Pepera.

Dandhy menyebutkan, aspal yang mereka jejak di tugu ini merupakan aspal terakhir dan terujung di wilayah NKRI.

“Setelah titik ini, tidak ada lagi jalan (aspal). Kecuali untuk para pelintas batas yang menempuh 15 kilometer jalan hutan hingga pintu masuk PNG,” ujar pendiri acehkita.com itu. “Inilah titik balik. Indonesia mentok.”

Dandhy dan Suparta “Ucok” Arz memulai Ekspedisi Indonesia Biru dari kantor WatchdoC di Pondok Gede, Bekasi, pada 1 Januari 2015. Menggunakan sepeda motor bebek 125 cc, duo penjelajah ini menyusuri kepulauan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sekarang berada di Papua.

Perjalanan yang mengusung jurnalisme tas ransel ini juga akan menyusuri Indonesia di ujung barat. Tim diperkirakan akan berada di Aceh pada akhir Oktober atau awal November nanti.

Menurut rencana, tim Ekspedisi Indonesia Biru akan tiba kembali di Jakarta pada 31 Desember 2015. Namun, sepertinya perjalanan ini akan molor. “Banyak jadwal yang molor. Penyebabnya, karena transportasi dan kondisi alam lainnya,” sebut Suparta suatu ketika kepada acehkita.com.

Sepanjang perjalanan Ekspedisi Indonesia Biru, Dandhy dan Ucok telah menelurkan sejumlah dokumenter dan trailer, seperti Kala Benoa, Samin vs Semen, Lewa Lembata, dan Baduy. Saat ini, Dandhy dan Ucok tengah mempersiapkan dokumenter “Mahuze”.

Mahuze akan bercerita mengenai pertarungan masyarakat adat di Distrik Muting dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit. “Ketika Papua dipaksa menjadi lumbung pangan dan energi,” begitu teaser poster film itu.

Tak hanya itu, Dandhy dan Ucok juga mendokumentasikan perjalanan mereka (behind the scene) saat menjelajah Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Ada pula trailer mengenai keindahan alam, budaya, keunikan, dan masyarakat yang masih menjaga kuat adat-istiadat leluhur. []

FG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.