BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Gubernur Aceh Zaini Abdullah menerima kunjungan kerja Duta Besar RI untuk Kerajaan Swedia dan Latvia Bagas Hapsoro di Meuligoe Aceh, Kamis (7/1/2016). Dalam pertemuan itu, Dubes bertanya banyak mengenai toleransi kehidupan beragama di provinsi ini.
Pertemuan selama dua jam itu, Zaini ditemani oleh sejumlah kepala dinas. Kepada Bagas Hapsoro, Zaini menyebutkan bahwa toleransi beragama di Aceh tidak memiliki masalah.
Ia mencontohkan berdirinya sejumlah rumah ibadah secara berdampingan tanpa ada masalah apa pun. Sejak puluhan tahun lalu, gereja dan vihara sudah ada di Aceh. Rumah ibadah non-muslim itu berdiri tak jauh dari masjid. Hal ini seperti terlihat kehadiran Gereja Hati Kudus yang berdekatan dengan Masjid Baiturrahman. Lalu ada sejumlah gereja dan vihara di Kampung Mulia yang berdekatan satu sama lain, termasuk dengan Masjid Babuzamzam.
“Toleransi di Aceh cukup tinggi, bahkan menjadi contoh untuk daerah-daerah lain tidak hanya di Indonesia,” ujar Zaini Abdullah.
Menurut Zaini, sejak Aceh dipimpin Sultan Iskandar Muda juga sudah membangun hubungan dengan negara luar, tak hanya negara Islam.
Lantas, bagaimana dengan kasus kekerasan berlatar agama di Singkil?
Zaini menyatakan bahwa kekerasan yang terjadi di Aceh Singkil bukan konflik agama, melainkan karena masyarakat di sana yang multietnis.
“Di sana sudah multietnis dan kejadian beberapa waktu lalu itu terjadi karena masalah melanggar aturan dalam mendirikan rumah ibadah,” kata dia. “Toleransi di Singkil juga tinggi.”
Bagas Hapsoro mengamini penjelasan Zaini. “Kalau toleransi tinggi dan Aceh aman, investor tidak ragu untuk masuk,” ujarnya singkat. []
GHAISAN