BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) menyebutkan, habitat gajah Sumatera terus menyusut akibat konflik antara manusia dengan satwa. BKSDA memperkirakan di Aceh hanya tersisa 530 ekor gajah.
Kepala BKSDA Aceh Genman Suhefti Hasibuan menyatakan, habitat gajah terus menyusut akibat adanya konflik antara penduduk dengan satwa liar, seperti perambahan hutan dan pembukaan lahan untuk perkebunan.
Dalam kurun lima tahun terakhir ini, BKDSA mencatat 30 ekor lebih gajah Sumatera mati karena berbagai sebab, seperti perburuan gading, diracun, atau dibunuh dengan sengaja.
“Menurut catatan kami, ada 530 gajah liar di seluruh Aceh,” kata Genman kepada acehkita.com, Senin.
Habitat gajah liar itu paling dominan berada di Kabupaten Aceh Timur, Aceh Utara, dan Aceh Jaya. Tiga lokasi ini pula yang paling sering terjadinya konflik antara gajah dengan manusia –selain Bener Meriah dan Aceh Barat.
BKSDA menyebutkan bahwa penanganan konflik satwa dan manusia bukan hanya tugas mereka saja, tapi juga harus lintas sektoral, termasuk keterlibatan masyarakat.
“Kita harus saling menghormati. Indikasi kematian gajah dalam tiga tahun terakhir ini karena persoalan konflik satwa dan manusia,” lanjut Genman.
Untuk itu, ia berharap masyarakat dan semua kalangan untuk bersama BKSDA menangani dan mencari solusi penanangan konflik itu.
“Gajah tidak salah dan manusia juga tidak salah. Kita mencari solusi agar tidak ada lagi korban dan kita bisa hidup berdampingan,” kata Genman.
Seperti dilaporkan acehkita.com, seekor gajah kembali ditemukan mati di areal perkebunan sawit di Kecamatan Banda Alam, Aceh Timur, Ahad. Ini merupakan kasus kedua kematian gajah sepanjang 2016. []
