Tuesday, April 23, 2024
spot_img

Karena Tertunda, Imunisasi MR di Aceh Baru 9 Persen

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Imunisasi untuk campak dan Rubella (MR) di Aceh masih terus diupayakan pada September mendatang, untuk memenuhi target 1,5 juta anak usia di bawah 14 tahun. Kerena ada penundaan, sejauh ini imunisasi vaksin baru sekitar 9 persen.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Dinas Kesehatan Aceh, dr Abdul Fatah mengatakan, imunisasi yang sedianya dimulai pada awal Agustus 2018, terpaksa dihentikan karena adanya protes dari masyarakat. “Jadi dihentikan sementara, setelah adanya perintah penundaan dari Plt Gubernur Aceh, sebagian kecil sempat dilaksanakan,” katanya dalam diskusi publik yang digelar PKBI Aceh dan UNICEF di Banda Aceh, Rabu sore 29 Agustus 2018.

Perintah penundaan diintruksi oleh Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah pada 7 Agustus 2018, menunggu vaksinnya dinyatakan kehalalannya, supaya tidak menimbulkan polemik di masyarakat. Sampai Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwanya.

Menurut Fatah, fatwa MUI kemudian keluar pada 20 Agustus 2018 lalu, yang menyatakan vaksin campak dan rubella dapat digunakan untuk saat ini dengan hukum diperbolehkan alias Mubah. “Kami akan duduk kembali dengan Plt Gubernur nantinya, awal September untuk meminta diintruksikan kembali pelaksanaan imunisasi,” katanya.

Rubella, kata Dr Fatah, merupakan penyakit sejenis campak yang sangat berbahaya. Jika menyerang ibu hamil, maka bayi yang dilahirkan berpotensi mengindap kebutaan, tuli dan kebocoran jantung. Rubella cenderung tidak terlalu terlihat kasat mata secara klinis saat menyerang seseorang. Imunisasi yang dilakukan untuk memutus mata rantai generasi Aceh dan Indonesia umumnya untuk terhindar dari penyakit berbahaya itu. “Imunisasi ini sangat penting untuk anak-anak kita,” jelasnya.

Berdasarkan data yang disampaikannnya, cakupan imunisasi lengkap 2015 – 2017 di Aceh umumnya berada di bawah angka 80 persen, jauh di bawah angka rerata nasional, 92 persen. “Ini salah satu tantangan lainnya,” kata Fatah.

Dalam diskusi tersebut juga menghadirkan 5 anak-anak korban penyakit Rubella di Aceh. Rita Yana, salah seorang ibu yang melahirkan anak penderita rubella, mengatakan anaknya Safa diketahui terjangkit rubella setelah usianya 2 minggu. “Bagian hitam matanya ada putih di bagian tengah, lalu saya periksa ke dokter. Dia tidak bisa melihat, jantungnya bocor dan pendengarannya terganggu.

Oleh dokter, dia disebutkan terjangkit rubella saat hamil. Dia mengakui saat hamil dua bulan, pernah mengalami penyakit seperti campak di sekujur tubuhnya. “Saat itu saya tidak tahu apa itu rubella,” katanya.

Anaknya yang berumur empat tahun saat ini perlu mendapat alat bantu dengar, dan matanya telah dioperasi. Sementara jantunya yang pernah bocor telah berangsur sembuh setelah mendapat perawatan intensif. “Saya harapkan, semua ibu-ibu dan masyarakat tidak mengalami nasib seperti saya,” katanya. []

 

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU