Friday, April 19, 2024
spot_img

Kebutuhan Pascagempa Padang

PENGANTAR REDAKSI — Ini merupakan catatan yang disusun oleh Indra J. Piliang. Ia menulis catatan ini dan mengirim ke sejumlah komunitas maya, termasuk ke mailing list acehkita. Redaksi telah mendapatkan izin dari Indra Piliang untuk menyebarluaskan informasi ini.

Selamat membaca!
Redaksi

Terus terang, ini soal sulit. Tim kecil saya baru sempat melihat, belum bisa mencatat. Setiap orang punya catatan, tetapi catatan mana yang benar, saya belum yakin.

1. Dari Haji Lambau, kawan saya, pengusaha ternak: dia mengatakan beras habis. Dia usahakan membeli beras ke Solok, pakai truknya. Belum ada kabar. Masyarakat membutuhkan beras, karena hampir seluruh pasar hancur. Kalau barang-barang kelontong masih mudah ditemukan, dijual di toko-toko yang rusak ringan. Selain beras, tentu semua yang terkait beras dan dapur. Biar makanan tersaji agak lengkap. Kalau tukang masak, tidak perlu khawatir, karena semua ibu di Minang bisa memasak. Kompor juga masih bisa dipakai. Mungkin nanti minyak tanah atau gas yang langka. Makan, makan, dan makan, itu yg diperlukan dalam beberapa hari ini.

2. Dokter dan obat-obatan. Nah, ini susah-susah sulit. Kenapa? Tidak semua tempat ada yang luka atau meninggal. Seorang ibu bercerita ke saya bahwa ada neneknya yang butuh bantuan dokter, karena neneknya tidak mungkin dibawa ke kawasan yang ada puskesmasnya. Tinggal di bukit. Ada juga korban patah tulang pergi ke tempat-tempat pengobatan tradisional. Jadi, kalau ada dokter dan obat: HARUS JELI MENCARI KORBAN. Tidak banyak yang benar-benar punya informasi seperti ini, kecuali kalau tenda kuning sudah berdiri: korbannya meninggal.

3. Relawan. Saya bukan anti-relawan. Sampai sekarang, ada satu tim relawan yang telepon saya, mereka ada di balaikota. Bukan apa-apa: saya khawatir mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Secara psikologis, mereka tentu butuh penyesuaian diri. Korban gempa beda dgn tsunami Aceh. Di Aceh, banyak mayat harus diangkat. Di Sumbar, puing-puing pun tidak bisa diangkat pakai tangan, juga batu-batu besar, pohon kelapa, apalagi untuk mengalirkan air sungai yang terbendung longsor. Jadi, lupakan pengalaman Aceh, karena saya juga dulu ke sana. Bayangkan saja kondisi ini: yang luka sedikit, di areal di luar Padang, semua orang bisa bekerja, tetapi tidak tahu mengerjakan apa. Bagi saya, relawan yang dibutuhkan adalah yang bisa mengorganisasi massa, menyusun rencana dalam hari-hari ke depan, membuat coretan-coretan di posko-posko mereka, memberikan kemungkinan-kemungkinan tugas yang harus dilakukan.
Organisatoris lebih tepat dibutuhkan, ketimbang relawan yang ikhlas bekerja dengan tangan. Kalaupun ada tim relawan, usahakan memberikan contoh kepada masyarakat yang masih kebingungan: apa rumah harus dirobohkan? Kenapa dirobohkan? Apa yang pertama perlu dibangun dulu.

4. Insiyur teknik sipil dan arsitek diperlukan. Ya, alumni sekolah-sekolah teknis. Ini kebutuhan terbesar dalam minggu-minggu depan. Menyusun kerangka bangunan, memprediksikan kebutuhan bahan, mulai membangun. Kebutuhan peralatan pertukangan, semen, paku, dan lain-lainnya, ke depan akan semakin meningkat. Juga alat-alat penghancur rumah-rumah yang rusak berat, tapi masih berdiri tidak bisa dihuni. Dulu saya bercita-cita menjadi insinyur, kini saya bermimpi banyak insiyur yang turun ke lapangan dengan seluruh kegagahan dan peralatan lapangannya.

5. Tenda. Ini kebutuhan besar, sebelum pondok-pondok derita berdiri. Pergilah ke pedalaman, usahakan jalan kaki dulu, siap-siap dengan sepatu bot dan tongkat, lewati tanah-tanah berlumpur dan kayu-kayu malang melintang. Banyak jalan-jalan kabupaten dan kecamatan yang tertimbun: oleh rumah yang diseret arus longsor, oleh pohon-pohon tumbang, oleh batu-batu besar. Jangkau rumah-rumah penduduk yang biasanya berkelompok-kelompok, rumah-rumah kaum, saling berjauhan. Kemarin, ada helikopter Australia yang keliling-keliling, lalu singgah di area yang sulit dijangkau, tapi parah. Saya yakin, mereka adalah pers asing, karena data mrk di pemberitaan luar negeri terbaca lebih akurat, daripada berita lokal. Jumlah korban yang mereka tulis lebih besar dari yang dlm negeri, terutama bagi wartawan yang mungkin masih menulis PERNYATAAN, bukan KENYATAAN.

6. Kondisi jalanan sudah mulai penuh kendaraan. Akibatnya, mungkin, adalah kehausan akan BBM. Akibatnya, mungkin, adalah kendaraan orang-orang yang benar-benar bekerja untuk kemanusiaan, akan harus antre berjam-jam bersama dengan kendaraan orang-orang yang ingin wisata bencana. Saya kira harus ada pom bensin khusus untuk para petugas lapangan ini yang berbeda dengan pom bensin umum yang macet berjam-jam itu. Kendaraan dari Jakarta dan Bandung sudah masuk, hari ini kendaraan dari Semarang dan Surabaya mungkin juga masuk.

Lubuk Buaya, pagi ini, pukul 8.30. Rombongan JK (Jusuf Kalla) sudah menuju Pariaman. Saya memutuskan untuk istirahat saja, menunggu kalau ada logistik yang bisa diambil nanti dari Hercules, daripada harus hadapi penjagaan ekstra ketat yg biasa dilakukan petugas-petugas penting lapangan: “kami mengawal wapres,” kata mereka, sambil cekikikan di telepn, seperti yang saya saksikan sering sekali dalam setahun ini. []

Previous article
Next article
Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU