Friday, March 29, 2024
spot_img

Kenangan Idul Fitri di Amerika (1)

Setiap menjelang Idul Fitri, kita sering terkenang dengan Idul Fitri-Idul Fitri terindah dalam hidup kita. Selain Idul Fitri masa kecil, yang umumnya indah untuk semua kita, kami juga punya kenangan indah merayakan hari besar Islam ini di Amerika, dimana Islam adalah minoritas.

Sempat sepuluh tahun di Amerika, sejak 1999, kami pernah menikmati  Id saat musim dingin yang dingin membeku dan ketika musim gugur yang kelabu. Saat Ramadhan dan Id jatuh dalam musim panas yang hari-harinya panjang, kami sudah kembali ke tanah air. Kata sebagian kawan, kami beruntung tak harus mengalami  Ramadhan di musim panas yang sahurnya bisa jam 3 pagi dan berbukanya jam 9 malam!

Sementara di musim dingin, Ramadhan menjadi “sangat ringan”. Ramadhan pertama kami di Amerika, sahurnya dekat jam enam pagi dan pukul empat sore sudah pula berbuka. Karena masih pukul empat, seringkali berbukanya masih di dalam kelas di tengah kuliah!

Rentang waktu sepuluh tahun itu juga memberi kesempatan berhari raya di bawah tiga presiden Amerika yang berbeda: di ujung masa kepresidenan Bill Clinton, sepenuh masa George Bush Jr, dan di awal masa administrasi Barrack Obama. Ketiganya membawa nuansa yang berbeda, tapi tidak mempengaruhi indahnya Idul Fitri di Amerika.

Amerika dan keberagaman

Pemerintah dimanapun memang bisa membawa perubahan politik yang luar biasa. Clinton dan Obama yang dari Partai Demokrat dianggap lebih moderat dan karena itu dianggap “lebih ramah” terhadap Islam dan Muslim dibandingkan Bush yang dari Partai Republik yang konservatif. Bahkan Bush Jr memperkenalkan Evangelisme Amerika yang jauh lebih konservatif dari para pendahulunya dari kubu yang sama.

Tapi politik, apalagi politik luar negeri Amerika, adalah milik para pemodal kapitalis yang punya logika sendiri. Sementara rakyat Amerika punya logika sendiri pula dalam merayakan keberagaman di negeri yang bangga mengklaim dirinya sebagai the melting pot (periuk yang mencairkan semua kebudayaan dan keberagaman).

Ada juga istilah “American and American politics is very local” (Orang Amerika dan politik Amerika sangat lokal). Karena itu, apa yang menjadi isu di tingkat lokal di kota-kota dan di 50 negara bagian Amerika bisa jauh berbeda dengan apa yang dibicarakan di tingakat nasional oleh para pegawai federalnya. Ya, kita sering lupa bahwa Amerika itu adalah USA, United States of America, alias Amerika Serikat, negara serikat yang sebenarnya.

Karena itu pula, budaya dan peradaban bisa berbeda dari satu wilayah dengan wilayah Amerika lainnya. Amerika adalah sebuah negara besar dengan perbedaan antar wilayah yang mencengangkan. Banyak orang lupa akan hal itu, seperti kita juga sering abai dengan keanekaragaman Indonesia kita.

Ketika kami akan pindah dari New York, negara bagian di utara AS ke Arkansas yang merupakan bagian dari The Bible Belt (Jalur Injil) di selatan, seorang dokter berseloroh “You are moving where? Arkansas? Are they speaking the same language there? Make sure you bring a dictionary!” (Anda akan pindah kemana? Arkansas? Apakah mereka berbahasa yang sama dengan kami di sini? Jangan lupa bawa kamus ya!). Ruang klinik pun dipenuhi tawa kami sekeluarga plus sang dokter yang sudah cukup senior itu dan asistennya.

Ungkapan yang serupa kami dengar dari beberapa teman ketika kami memberitahukan bahwa kami akan pindah ke selatan. Bahkan saat penulis akan pindah dari Burlington di Vermont yang paling utara, dekat perbatasan dengan Kanada, ke Virginia yang berada di sisi selatan Washington DC, wilayah yang tak terlalu saling berjauhan,  ada teman yang mengingatkan: “You will be surprised with how different it can be.” (Kamu akan kaget dengan besarnya perbedaan antara dua wilayah itu).

Idul Fitri di 7 Kota Amerika

Sempat tinggal di empat negara bagian yang berbeda, kami pernah merayakah Idul Fitri paling tidak di tujuh kota berbeda di Amerika Serikat. Dan semuanya memberi kesan mendalam bagi kami sekeluarga. Anak-anak kami masih membawa memori  indah itu hingga kini. Meskipun semuanya kami rayakan sebagai “minoritas”.

Di Burlington, Vermont, sebuah negara bagian kecil di utara Amerika Serikat, Idul Fitri kami adalah Idul Fitri dalam salju. Bahkan dalam es! Tapi dingin-membekunya suhu musim dingin tak bisa mengurangi kehangantan perayaan Idul Fitri di Mesjid Burlington milik The Muslim Society of Vermont yang terletak di Essex Junction. Mesjid Burlington adalah sebuah bekas hall pabrik yang besar berlantai dua.

Mesjid ini adalah mesjid resmi dengan izin penuh sebagai tempat ibadah. Dibeli dalam beberapa tahun  dengan urunan Muslim di Vermont dan sumbangan Muslim dari wilayah lainnya.

Berlantai dua, mesjid ini sangat fungsional dan nyaman. Seluruh lantainya dilapisi karpet tebal yang menghangatkan di tengah cuaca Vermont yang hampir sepanjang tahun cukup dingin. Musim panas di Vermont terasa lebih pendek dari wilayah Amerika lainnya dan negara bagian yang pernah jadi jajahan Perancis ini memang terkenal sangat dingin di kala winter.

Ruang shalat ada di kedua lantai. Selama Ramadhan, jamaah perempuan menempati lantai satu yang dilengkapi ruang khusus untuk para ibu dengan anak-anak dan bayi. Di lantai satu juga ada tempat wudhuk dan dapur yang lengkap dengan oven untuk memanaskan makanan dan kulkas besar untuk stok daging halal yang dijual untuk jamaah yang memerlukan. Tidak seperti anggapan umum, dapur ini lebih banyak diawaki laki-laki yang melayani seluruh jama’ah.

Di lantai dua ada perpustakaan dan ruang belajar dan tempat shalat yang lebih luas. Saat Ramadhan, ruang belajar diubah menjadi ruang tidur dua orang hafiz yang sangaja didatangkan secara swadaya dari tempat-tempat jauh yang terkenal sebagai “produsen hafiz global”.

Manyoritas Muslim di Vermont adalah para pengungsi Bosnia yang diterima Amerika saat dan setelah perang yang membelah wilayah Balkan di Eropah tahun 1980-an. Banyak juga imigran Muslim dari Timur Tengah dan Afrika Utara yang menjadi pegawai IBM yang punya lokasi salah satu pabrik terbesarnya di utara Burlington. Tahun pertama di sana, kami adalah satu-satunya keluarga Indonesia (dan Asia!) di  Mesjid tersebut.

Dua Ramadhan dan Idul Fitri di Vermont menjadi sangat istimewa karena ditemani dua hafiz dari Manchaster, Inggris. Al Hafiz Mohammed adalah santri senior di Darul Ulum, Manchaster yang berasal dari Maroko. Sementara Al Hafiz Ismail, seorang remaja yang masih sangat belia, adalah pemuda Inggris keturunan Pakistan.

Menjadi voluntir ikut mengurus Mesjid Vermont, kami sering menemani kedua hafiz di luar jam-jam tugasnya mengimami shalat lima waktu dan shalat tarawih hingga selesai witir. Brother Mohammed yang lebih dewasa, sangat tenang dan teduh bicaranya. Sementara Brother Ismail yang masih remaja suka ditemani melihat gawai-gawai dan games terbaru di beberapa mall di Kota Burlington, kota terbesar di Negara Bagian Vermont.

Logat Ismail yang kental aksen British nya sering menghibur banyak orang. Seperti anak muda Inggris lainnya, saat merasa ada sesuatu yang menarik atau aneh di tanah Amerika, Ismail suka berujar “Wicked!”. Sementara eskpresi serupa remaja di Amerika adalah “Cool!”

Tentu saja Ramadhan dan Idul Fitri juga dihiasi aneka makanan lezat. Ada menu berkeju dan ragam pastri ala Bosnia dan makanan penuh protein hewani ala Arab. Keduanya ditemani roti-roti bikinan rumah terbaik yang pernah kami rasakan! Wicked![sma]

*Saiful Mahdi adalah Fulbright Scholar;  Ketua Program Studi Statistika FMIPA Unsyiah. Isi tulisan adalah pandangan pribadi. Email: [email protected]

Saiful Mahdi
Saiful Mahdihttp://semuabisakena.jaring.id
Pembelajar di Jurusan Statistika FMIPA Unsyiah, ICAIOS, dan The Aceh Institiute. Pernah jadi kerani di PPISB Unsyiah. Belajar banyak di Phi-Beta Group dan pengagum AcehKita.com. A Fulbright Scholar, an ITS, UVM, and Cornell alumn.

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU