Saturday, April 27, 2024
spot_img

Mahyuddin, Mendekap Damai Aceh: Catatan Ringan Risman A. Rachman

PERDAMAIAN Aceh bukanlah semata-mata kepiawaian manusia dalam bernegosiasi. Perdamaian Aceh adalah rahmat dari Allah Swt. Mengapa keyakinan sang konektor perdamaian Aceh, Mahyuddin Mahmud Adan, disampaikan saat ini dalam peluncuran bukunya berjudul “Mendekap Damai Aceh”? Apa maksudnya?

Abdul Munar/ACEHKITA.COM
Pertanyaan ini wajar karena sepengetahuan umum proses-proses perdamaian adalah sepenuhnya kerja-kerja negosiasi atau mediasi tentu saja jika kedua pihak yang berkonflik bersetuju untuk menjalani negosiasi atau mediasi sebagai pilihan cara penyelesaian konflik. Tapi mengapa sosok yang kini merintis usaha Tambang Timah Hitam di Aceh ini justru perlu untuk memberi garis bawah pada “..bukanlah semata-mata kepiwaian manusia dalam bernegosiasi.”

Saya tidak yakin jika sosok yang piawai dalam menjalin hubungan dengan banyak kalangan tidak memiliki kepercayaan pada makna pentingnya proses-proses komunikasi, interaksi, dialog dalam memperbaiki hubungan yang awalnya rusak kembali menjadi baik. Karena itu, jika boleh saya menduga, ini sepenuhnya kalimat keyakinan yang bertolak pada rasa dari apa yang dilihatnya dalam seluruh proses dan tahap interaksi selama menjadi konektor perdamaian RI-GAM jilid akhir.

Lebih dari itu, yang namanya keyakinan juga bukan sekedar rasa yang terjadi pada penglihatan atas realitas melainkan juga rasa pada kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi.

Dengan kalimat “Perdamaian Aceh bukanlah semata-mata kepiawaian manusia…” Sang konektor perdamaian yang kini menuangkan “kisah dan ceritanya” dalam buku berjudul “Mendekap Damai Aceh: To See The Reality” seperti ingin mengangkat lebih tinggi arti damai Aceh dan menempatkannya dalam kerangka pikir keislaman. Atas dasar itulah menjadi tepat penempatan kalimat lanjutannya yakni “Perdamaian Aceh adalah rahmat dari Allah Swt.”

Tapi, saya belum ingin berhenti sampai di situ. Saya yakin sosok yang pernah menjadi supplier ini juga sedang ingin mengatakan bahwa semua pihak di Aceh untuk tidak berlomba-lomba dalam menyombongkan diri sebagai aktor utama perdamaian melainkan harus berlomba-lomba menjadi aktor dalam merawat dan memajukan perdamaian Aceh.

Mungkin karena itulah mengapa dalam pidato sambutan peluncuran bukunya yang terbagi dalam delapan bagian ia berkali-kali meminta agar semua orang Aceh menjaga damai yang merupakan rahmat dari Allah Swt. Semoga. []

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU