Friday, March 29, 2024
spot_img

Menjaring Asa dari Buih Pantai

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Deru ombak bergemuruh menerjang tepian dan matahari setinggi galah. Dua pria berkulit gelap mendayung sampan, menabur jaring di sela gulungan gelombang laut.

Membersihkan Jaring Sebelum dilabuh
Membersihkan jaring sebelum dilabuh
Jaring sepanjang 400 meter tersebut, ditabur berbentuk setengah lingkaran. Siap ditabur tambang mulai ditarik pelan. Simpul tambang di ujung jaring dibiarkan terurai dan dipegang empat pria dari bibir pantai. Sementara empat pria lainnya menunggu simpul ujung jaring satunya lagi dari sampan.

Mendorong perahu ke laut
Mendorong perahu ke laut
Jaring itu milik Rustam (45), warga Kampung Jawa. Dulu, dia adalah nelayan yang memburu ikan di laut lepas, namun tsunami ikut melumat boat miliknya. Belasan anak buahnya yang selamat dari gelombang raya kehilangan pekerjaan.

Melempar simpul jaring
Melempar simpul jaring
Pascatsunami, uang sebesar Rp5 juta dari sisa tabungannya, Rustam membeli jaring pukat plus sampan. Pekerja setianya dikumpulkan kembali. Bedanya, mereka tidak lagi ke laut lepas, tapi mengadu nasib dengan menarik pukat di bibir pantai di ujung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kampung Jawa.

Menarik simpul tali jaring dari daratan
Menarik simpul tali jaring dari daratan
“Semua pekerja saya korban tsunami, bahkan ada yang semua sanak familinya hilang saat tsunami,” kata Rustam. Mereka semua warga Gampong Jawa. Sekarang dia tidak memilih-pilih tenaga kerja, siapa saja yang membantu menarik jaring pasti dapat bagian.

Ikan hasil tangkapan
Ikan hasil tangkapan
Jaring hampir selesai ditarik, dari dalam kerucut di tengah jaring, ikan-ikan menggelepar. “Ah… golkar semua,” kata Rustam yang baru saja turun dari boat. Golkar yang dia maksud adalah ikan kecil-kecil berwarna kuning.

Soal rejeki, Rustam mengaku tak pasti. Kadang dapat banyak, malah kadang hanya cukup untuk dimasak sendiri. Menurut dia, jaring itu masih terlalu pendek. “Kalau ada modal saya akan menambah lebih panjang lagi,” kata dia.

Semasa tanggap darurat, bantuan pemberdayaan ekonomi baik dari NGO maupun LSM lokal tak pernah menyambanginya. Namun dia tak terlalu berharap pada bantuan tersebut. “Tapi kasian, banyak bantuan boat tidak dipakai, kenapa tak dibagi buat nelayan-nelayan seperti kami,” keluhnya.

Meskipun demikian tak surut niatnya untuk melabuhkan pukat kembali, kalau ombak bersahabat, sehari sampai delapan kali pukat dilabuh. “Soal rezeki diatur yang di atas, kita harus berusaha,” kata pria yang terdampar sampai ke Taman Ratu Safiatuddin saat tsunami lima tahun silam.[]

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU