Keukarah. | FOTO: Khiththati/ACEHKITA.COM

WAFEL khas Aceh. Itulah nama lain dari kue yang biasanya disajikan di hari istimewa seperti hari raya ini. Masyarakat Aceh mengenalnya dengan nama seupet atau jepit.

Nama ini diambil dari proses pembuatan kue yang dijepit di antara cetakan, yang kemudian dibakar di atas kulit kelapa (tapeh).

Kue seupet biasa dibuat dengan dua bentuk yaitu seperti kipas atau digulung berbentuk pipa yang dikenal oleh orang dengan nama semprong. Rasanya manis, renyah, dan gurih persis seperti rasa wafel.

Nuridah, lebih dikenal Cek Dah, menjadi salah seorang pembuat kue seupet di Desa Lampuuk, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar. Ia meracik adonan kue ini sejak jam 3 pagi setiap hari selama bulan Ramadan.
Ia menerima pesanan dan harus diselesaikan sebelum hari raya Idul Fitri tiba. Untuk membuat seupet sebanyak 2 kilogram, Cek Dah memulainya selepas salat subuh sampai jam sepuluh pagi, bersama kedua anaknya.

Untuk dua kilogram seupet, Cek Dah menghabiskan dua goni tapeh sebagai bahan bakar.

***

Kue sarang burung begitu orang menyebutnya. Pangan ringan ini dulunya selalu ada di dalam toples di hari raya. Sekarang sudah jarang ditemukan, berganti dengan kue yang lebih modern. Keukarah atau biasa disebut karah terbuat dari campuran tepung beras dan air.

Adonan yang sudah selesai tidak begitu cair ini akan dimasukkan ke dalam alat yang terbuat dari batok kelapa yang sudah diamplas dan diberi lubang. Lalu alat mirip aweuk (centong) itu kemudian diputar melingkar di atas minyak panas.

Zainabon menerima banyak pesanan karah selama bulan Ramadan. Ia menambah wijen untuk varian kuenya. Rasanya renyah, manis, garing dan rapuh di mulut. Karah ini semakin enak bila dimakan sambil dicelupkan ke dalam secangkir kopi. []

FOTO & NASKAH: KHITHTHATI/ACEHKITA.COM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.