BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Hampir sebulan kawasan wisata pantai Ulee Lheue ditutup untuk umum pada sore dan malam hari. Pedagang yang selama ini menggelar lapak di sana masih berharap ada toleransi dari warga setempat dan Polisi Syariat Islam.
Sejumlah pedagang mengeluhkan penutupan lokasi wisata menjelang magrib atau sekira pukul 18.30 WIB. Para pedagang pun tidak bisa lagi berjualan di sana setelah salat magrib. Akibatnya, penghasilan para pedagang menurun drastis.
“Jangan ditutup terus lah,” kata Ari kepada acehkita.com, Jumat (18/5) sore. Ia berjualan jagung bakar di pinggir jalan menuju Pelabuhan Ulee Lheue. “Beri kami waktu jualan hingga salat Isya.”
Ari menyebutkan, selama penutupan akses ke lokasi wisata pada pukul 18.30 WIB, omset jualan mereka berkurang, sehingga tidak mencukupi untuk biaya keluarga.
“Biasanya dagangan kami laku hingga Rp200 ribu per hari, namun karena lokasi ini ditutup, kami cuka bisa laku antara Rp80-Rp100 ribu per hari,” kata Ari.
Menurut Ari, seharusnya lokasi itu tidak ditutup total. Yang perlu ditertibkan adalah pedagang yang menggelar lapak di tempat gelap. “Kami kan jualan di tempat terang,” ujarnya.
Menanggapi keluhan pedagang, Alvin, ketua Pemuda Meuraxa, mengatakan, memang perlu dipikirkan solusi atas penutupan lokasi wisata pada malam hari tersebut.
“Pemerintah harus memikirkan pengelolaan yang baik, misalnya membentuk posko untuk WH (Polisi Syariat) di sana agar bisa terus berjaga dan berpatroli di sana setiap saat,” kata Alvin.
Dia berharap pedagang bisa bersabar hingga adanya kejelasan mengenai pengelolaan kawasan wisata tersebut. []