Ilustrasi penggalian pipa PDAM. | FOTO: radarcirebon.com

BANDA ACEH – Penggalian pipa PDAM Tirta Daroy di Jalan Angsa, Batoh, Banda Aceh menuai ptotes. Penggalian yang dinilai sembrono berdampak pada putusnya jaringan telepon dan internet di kawasan itu.

“Sejak adanya penggalian itu jaringan telepon mati, internet juga ikut mati. Ini jelas sangat merugikan kami, tidak bisa bekerja,” kata Abdul Munar, Manajer Program Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh, Selasa (25/8/2015).

Sambungan telepon dan internet ke Kantor AJI Banda Aceh yang berada di Jalan Angsa putus total sejak penggalian pipa dilakukan, Senin (24/8) kemarin.

Munar menilai putusnya jaringan itu akibat penggalian pipa PDAM yang sembrono, sehingga merusak kabel sambungan telepon dan internet di kawasan tersebut.

Hal itu sesuai dengan penjelasan yang ia terima dari petugas Telkom, ketika menyampaikan keluhannya.

“Orang Telkom mohon maaf, mereka bilang adanya kerusakan kabel milik Telkom akibat penggalian pipa di kawasan ini,” ujarnya.

Pihak Telkom, lanjut dia, berjanji akan mengatasi kerusakan itu hingga 5 September mendatang.

“Artinya 10 hari ke depan kami bisa saja tidak dapat sambungan akses telepon maupun internet. Ini jelas merugikan kami yang butuh akses internet untuk bekerja,” sebut Munar.

Putusnya sambungan internet akibat penggalian pipa di kawasan itu juga dikeluhkan sejumlah wartawan yang sering berkumpul di Kantor AJI Banda Aceh. Pasalnya, dalam bekerja sehari-hari mereka harus menggunakan layanan internet.

“Sejak internet putus jadi kewalahan kita, harus cari warung kopi untuk browsing data dan kirim berita. Kita dirugikan dalam hal ini, akibat dari buruknya penggalian,” ujar Reza Fahlevi, seorang jurnalis.

Reza yang juga warga Batoh juga mengkritik penggalian pipa di Jalan Angsa dan Jalan Unmuha. Karena jalan itu baru saja diaspal, tapi kembali rusak akibat penggalian.

“Jalan ini baru akhir tahun kemarin selesai diperlebar dan diaspal, kenapa sekarang justru digali lagi, dirusak lagi?” tanyanya.

Dia menilai Pemko Banda Aceh tak memiliki perencanaan yang jelas dalam membangun kota, atau masih terkutat pada sistem “gali lobang tutup lobang”.

“Habis dibuat jalan digali lagi, kemudian dibuat lagi, digali lagi. Apakah ini yang namanya yang namanya Kota Madani? Harusnya wali kota bisa menerapkan prinsip syariat Islam dalam pembangunan kota, jangan cuma kampanye di mulut saja,” pungkasnya. []

ATTAYA ALAZKIA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.