BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Film dokumenter yang mengisahkan keberagaman masyarakat di daerah pusat penambangan di Kepulauan Bangka Belitung, diputar di Episentrum Ulee Kareng, Ahad (31/5) malam. Dokumenter ini mengisahkan sisi lain kehidupan masyarakat yang hidup di kawasan industri –yang biasanya diwarnai gap.
“Sepintu Pemali, Sedulang Timah” memotret kehidupan multikultur dengan latar belakang keberagaman etnik di Pulau Bangka dengan pekerjaan sehari-hari masyarakat di pertambangan timah. Pembauran antaretnik pribumi dan Tionghoa menjadi bagian utama alur cerita dalam film tersebut.
Adegan film bermula saat sejumlah mahasiswa dari luar Pulau Bangka melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Bangka pada 2008. Segala stereotype tentang masyarakat Tionghoa yang selama ini sudah tertanam dalam pikiran mereka berbalik seratus persen saat mendapati masyarakat Bangka yang sangat plural namun bisa hidup tentram bersama.
Film bertajuk “Sepintu Pemali, Sedulang Timah” ini bercerita tentang kehidupan sehari-hari keluarga Puput, seorang penambang timah beretnis Melayu beragama Islam. Keluarga Puput juga bekerja sebagai penjaga klenteng di Dukuh Pohin. Selain itu juga ada A Bi, seorang wanita keturunan Tionghoa bersuamikan orang Dayak, yang mempunyai wawasan sangat terbuka tentang pentingnya pergaulan antarbudaya.
Kesenjangan yang biasanya terjadi di kawasan penambangan dan industri, nyaris tak terlihat dalam film ini. Pemali menjadi sebuah laboratorium multikultur yang menarik. Harga timah yang menggiurkan, mampu menarik kedatangan warga dari berbagai daerah, termasuk warga keturunan Tionghoa. Pendatang dan warga asli bekerja bersama sebagai penambang di timah Inkonvensional. Mereka bahkan menambang timah penuh canda dan ceria, nyaris tak ada jurang pemisah antara pendatang dengan warga asli.
Film ini diproduksi oleh Yayasan Kampung Halaman dan Komunitas Dokumentar. Dua lembaga ini menggarap film ini setelah memperoleh beasiswa dari Yayasan TIFA. []