Chaideer Mahyuddin/ACEHKITA.COM

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Ratusan murid Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 dan SDN 65 Lampulo, Banda Aceh, Senin (15/12), mengikuti simulasi gempa dan tsunami sebagai upaya pengurangan risiko bencana dan sekaligus mengenang tragedi yang melanda Aceh, 10 tahun silam.

Simulasi dimulai saat proses belajar mengajar berlangsung. Tiba-tiba terjadi gempa berkekuatan 7,8 pada skala Richter. Para murid yang sedang tekun belajar panik dan berlindung di bawah meja.

Usai gempa, guru mengarahkan semua anak didiknya keluar ruangan dengan tertib. Mereka berkumpul di halaman sekolah. Beberapa anak menangis.

Sekitar 20 menit kemudian, seorang guru mengumumkan melalui pengeras suara bahwa pihaknya menerima informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tentang potensi tsunami.

Seluruh murid dan guru diminta naik ke lantai dua gedung sekolah untuk menyelamatkan diri. Di lantai dua, para guru memimpin anak didiknya berdoa dan membaca ayat-ayat suci Al-Quran.

Beberapa “dokter kecil” terlihat sibuk mengobati para korban terluka dan patah tulang akibat terjatuh saat berusaha menyelamatkan diri.

Sejam kemudian, pengumuman dari pengeras suara terdengar bahwa potensi tsunami telah dicabut dan para murid sudah bisa turun dari tempat evakuasi.

Seluruh murid dan guru kembali duduk di lapangan sekolah. Mereka masih berdoa. Beberapa relawan dan guru membagikan air mineral dan kue.

Dari pengeras suara diumumkan akibat gempa, seorang murid meninggal dunia, lima patah tulang dan empat lainnya pingsan.

Asyifa, 12, seorang dokter kecil, mengaku takut meski simulasi bencana sudah sering digelar di sekolahnya. Sebagai dokter cilik sekolah, dia dan beberapa kawannya sudah mendapat pelatihan tentang cara penanganan pertama korban bencana.

“Tugas kami tim dokter cilik sekolah ada mengobati kawan-kawan yang terluka dan patah tulang,” kata gadis kecil yang bercita-cita ingin menjadi dokter.

Nani Irawati, Kepala SD Negeri 2 Banda Aceh, mengatakan, simulasi gempa dan tsunami rutin digelar setiap tahun  menjelang peringatan tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004.

Apalagi, SD Negeri 2 Banda Aceh telah ditetapkan sebagai salah satu sekolah siaga bencana di ibukota Provinsi Aceh.

Saat tsunami 10 tahun lalu, sekolah itu hancur total karena terletak sekitar 3 kilometer dari pantai.

“Sebelum tsunami, sekolah kami punya 1.200 murid. Yang selamat hanya 50 orang,” kata Nani, seraya menambahkan kini sekolahnya memiliki 600 murid.

Pasca-tsunami Desember 2004 yang menewaskan lebih dari 170.000 warga Aceh, SD Negeri 2 Banda Aceh mulai diajarkan tentang mitigasi bencana.

“Memang tak ada pelajaran khusus, tapi mitigasi bencana diintegrasikan ke dalam beberapa mata pelajaran,” jelasnya. []

NH

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.