Dian, kakak Nurul Fatimah, tak kuasa menahan haru saat menceritakan kematian adiknya kepada wartawan dan anggota Komisi III DPR RI M. Nasir Djamil, Senin (27/9/2015). | FOTO: Radzie/ACEHKITA.COM

Dian, kakak Nurul Fatimah, tak kuasa menahan haru saat menceritakan kematian adiknya kepada wartawan dan anggota Komisi III DPR RI M. Nasir Djamil, Senin (27/9/2015). | FOTO: Radzie/ACEHKITA.COM
Dian, kakak Nurul Fatimah, tak kuasa menahan haru saat menceritakan kematian adiknya kepada wartawan dan anggota Komisi III DPR RI M. Nasir Djamil, Senin (27/9/2015). | FOTO: Radzie/ACEHKITA.COM

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Kepergian Nurul Fatimah, siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri Keunaloi, Seulimuem, Aceh Besar, masih menyimpan misteri. Sebelum meninggal, Nurul sempat dirawat intensif di Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin Banda Aceh.

Bocah berusia 11 tahun itu diduga meninggal akibat dianiaya empat teman pria sekelasnya pada Rabu (16/9/2015) lalu. Informasi yang dihimpun acehkita.com dari pihak keluarga, penganiayaan itu terjadi di ruang kelas. Tangannya dipelintir sehingga terkilir. Sedangkan lehernya dicekik dengan jilbab. (Baca: Siswa MIN Keunaloi Meninggal Diduga Dianiya Teman Sekelas)

Sabtu (26/9/2015) malam lalu, Nurul menghembuskan nafas terakhir dalam perawatan intensif di RSUZA Banda Aceh. Nurul masuk rumah sakit itu pada Jumat (25/9/2015) sore.

Wakil Direktur bidang Pelayanan dr Azharuddin menyatakan, berdasarkan hasil rekam medik Nurul mengalami infeksi paru-paru.

Saat dibawa ke RSUZA dari Rumah Sakit Satelit Indrapuri, kondisi Nurul terbilang parah. Ia mengalami sesak nafas, kepala pusing, dan badan mengeluarkan bintik merah.

“Dirawat hanya beberapa jam saja di RSUZA. Saat masuk dalam kondisi –bahasa awamnya– dia sudah mulai bintik-bintik pendarahan di hampir seluruh tubuh,” kata Azharuddin kepada wartawan di Banda Aceh.

Bintik-bintik itu, sebut Azharuddin, terjadi karena beberapa faktor, seperti kasus DHF atau demam berdarah dan infeksi pada tubuh.

Azharuddin memastikan bahwa bintik merah di tubuh Nurul bukan karena mengalami demam berdarah. Sedangkan infeksi pada tubuh juga mengeluarkan bintik merah.

“Infeksi itu bisa disebabkan oleh apa pun, misalnya trauma yang terjadi pada tubuh dan tubuh memberikan reaksi,” ujar Azharuddin.

Trauma pada tubuh itu sendiri bisa terjadi karena dipukul, jatuh, digigit. “Tidur lama bisa juga timbulkan bintik-bintik merah,” lanjut Azhar.

Hanya saja, dalam proses penangananan medis kasus paling mencuat pada Nurul adalah sesak nafas. Setelah dicek melalui pemindaian diketahui bahwa bocah asal Desa Peukan Seulimuem itu mengalami infeksi paru-paru.

“Kenapa bisa infeksi? Bisa karena trauma langsung atau karena terlalu tidur lama,” sebut Azharuddin.

Selama perawatan di RSUZA, penanganan Nurul ditangani oleh dua dokter spesialis, yaitu spesialis anak dan spesialis bedah anak. Namun dokter mengalami kendala dalam menangani karena kondisi Nurul terus merosot.

Tim medis merencanakan scanning kepala untuk memeriksa detil penyebab sesak dan penurunan kesadaran. “Kondisi yang bersangkutan tidak memungkinkan kita lakukan scanning,” ujar Azharuddin. “Dia makin sesak, kemudian terjadi penurunan kesadaran. Komunikasi kita gak begitu direspons.”

Selain itu, Nurul juga sempat mengalami sakit perut. Namun, berdasarkan hasil uji laboratorium gejala sakit perut itu masih dalam batas normal.

Kondisi kesehatan memburuk juga dikarenakan trombositnya terus menyusut, sehingga menimbulkan bintik merah di sekujur tubuhnya.

Meski begitu, tim medis mengaku tidak mengetahui pasti penyebab kematian bocah itu. “Yang bisa ketahui itu adalah otopsi. Kita tidak bisa menduga-duga,” lanjut Azhar.

“Penyebab pasti (kenapa meninggal –red.), kita tidak bisa jawab karena kita tidak lakukan bedah mayat (otopsi),” Azharuddin mempertegas.

Lantas, apakah ditemukan bekas penyiksaan di tubuh Nurul Fatimah?

dr Azharuddin menyatakan, secara medis tidak kelihatan bekas penyiksaan. Pasalnya, Nurul dirawat di RSUZA pada hari kesepuluh setelah penganiayaan yang dialaminya.

“Dalam 10 hari itu bisa hilang. Baru bisa tahu melalui visum et repertum,” ujarnya.

Namun, dokter menemukan bengkak di bagian siku sebelah kiri. “Ada retak (tulang),” lanjut Azhar. “Gak ada bekas lecet, biru (lebam).” []

FG | GHAISAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.