Tuesday, April 16, 2024
spot_img

Seru-seruan Meracik Kimchi

“Mari kita mulai Kimjang…..” Walikota Seoul, Korea Selatan, Park Won-soon berteriak lantang. Sejurus kemudian tangan sang walikota meraih sawi putih, lalu membumbuinya. Ia pelan-pelan secara teliti meracik Kimjang pada pembukaan Seoul 2nd Kimchi Festival di City Hall.

Kimjang adalah tradisi membuat Kimchi untuk menyambut musim dingin. Kimchi dinobatkan sebagai salah satu dari lima makanan tersehat di dunia versi Health Magazine. Pasalnya, Kimchi kaya vitamin A, B1, B2, C, kalsium, zat besi, asam amino, bakteri asam laktat yang baik bagi pencernaan. Kimchi juga dikenal sebagai makanan yang mempunyai pelbagai jenis dan variasi tergantung pada perubahan musim yang ada namun akan selalu ada kimchi dari sawi putih dan lobak.

Seoul Kimchi Festival dimulai pada tahun 2014 setelah makanan ini mendapatkan pengakuan Unesco sebagai warisan budaya bukan benda. Pada awal November 2015 pemerintah mengundang semua wisatawan dan penduduk untuk mencoba membuat makan fragmentasi ini di Seoul Plaza, Taepyeong-ro, and Gwanghwamun Square. Selama tiga hari dari 6 sampai 8 November 2015, ribuan pengunjung mencobanya termasuk saya.

Karena pengaruh moderenisasi, perlahan budaya Kimjang mulai hilang karena anak muda jarang terlibat dalam proses pembuatan Kimchi dan hanya menikmatinya setelah semua proses selesai membuat pemerintah Kota Seoul membuat festival ini dengan mempersiapkan lebih dari 20 program dalam bentuk sharing, pameran, hands-on program atau mencaoba langsung, pasar rakyat dan berbagai penampilng kebudayaan agar semua pengunjung dapat menikmati festival ini.

Kimjang sendiri merupakan tradisi untuk mengolah dalam jumlah besar Kimchi, Ggakdugi dan Dongchimi dalam jumlah yang besar untuk persiapan musim dingin. Tradisi ini dilakukan pada hari hari yang cerah pada awal November sampai pertengahan Desember sebagai ucapan syukur  atas keberhasilan melewati setahun dengan selamat dan untuk memulai tahun berikutnya.

Profersor Ra, pengajar Bahasa Korea di salah satu universitas di Korea, menyebutkan tradisi ini dilakukan karena pada saat musim dingin dulunya tidak ada sayuran yang tumbuh sehingga tidak ada yang dapat dimakan dan dipikirkanlah cara bagaimana untuk tetap dapat menikmatinya. ”Setelah itu terus berkembang hingga sekarang dengan beragam jenis Kimchi dan setiap musim mempunyai cita rasa tersendiri,” sambungnya.

Di City Hall Plaza dipersiapkan tempat agar seribuan partisipan bisa mencampur lebih dari 50 ton sawi putih dengan saos Kimchi yang terbuat dari sea food yang telah difragmentasi dengan cabai merah.

November lalu ada lebih dari enam ribu pengunjung pada Kimchi Festival di Seoul Plaza. Mereka bisa berpartisipasi membuat dan membawa pulangnya, di Gwanghwamun dipamerkan beragam jenis Kimchi dan makanan tradisional lainnya. “Kami kemari karena transit di bandara beberapa jam sebelum melanjutkan penerbangan tetapi apa yang ditawarkan oleh pemerintah Korea pastinya membuat kami terpikir untuk menjadwalkan segera berlibur kemari,” ujar Ben, pengunjung dari Prancis. “Ini pengalaman yang jarang sekali dan fastastik saya akan bercerita kepada orang lain bagaimana keramahan orang Korea kepada teman- teman saya.”

Dulu sebelum adanya produksi kulkas, Kimchi disimpang dalam gentong besar di bawah tanah atau ditimbun sehingga makanan ini bisa disantap berbulan bulan lamanya. Bagi masyarakat Negeri Ginseng, Kimchi merupakan makanan pelengkap yang selalu dihidangkan sebagai banchan. Tiada restoran atau rumah tampa menu ini. Masyarakat juga menganggap makanan ini sebagai bagian dari kunci hidup sehat dan diet mereka.

Korea Tourism Organization (KTO) mengundang volunteer dari berbagai negara untuk bergabung menyemarakkan festival sekaligus memperkenalkan budaya Kimjang. Setelah mendaftar secara gratis, para relawan diberikan berbagai fasilitas dan dapat berpartisipasi langsung dalam berbagai event seperti  mempersiapkan Korean Tradisonal Dancers, musikus tradisional yang akan ditampilkan pada acara pembukaan di panggung utama, menjadi bagian dari K-Smile yang merupakan promosi visit Korea 2016 sampai 2018 dan sebagian dari mereka dapat mengikuti acara negara yang dihadiri oleh Presiden Korea Selatan, aktor Lee Min Hoo dan Seohyun AOA sebagai duta K-Smile. Kewajiban peserta hanya satu: mengapuploud foto-foto kegiatan di akun sosial media masing-masing.

Setelah festival selesai, Kimchi yang telah dibuat akan disumbangkan kepada organisasi kemanusiaan yang mengurusi masyarakat miskin, tertinggal dan daerah terluar.

Makanan tradisional ini dulu dilafalkan dengan chim-chae yang artinya sayuran yang direndam. Awalnya asinan ini berwarna hijau karena setelah dilumuri garam, sawi putih atau kubis ini langsung dimasukkan ke dalam tempayan yang terbuat dalam tanah liat dan diperam dalam tanah.  Pada abad ke-16, berkat pedagang Portugis, mereka mulai mengenal cabai dan akhirnya mengubah warna Kimchi menjadi merah.

Bagi masyrakat Korea makan tanpa Kimchi terasa ada yang kurang lengkap. Kerena kecintaan ini pula ketika berfoto bersama mereka lebih suka mengatakan Kimchi daripada chees atau senyum.

Selesai festival, saya dan juga volunteer lain pulang sambil menjinjing toples Kimchi yang diberikan gratis oleh panitia. Sebelumnya kami juga berfoto bersama, satu, dua, tiga… Kimchi. []

KHITHTHATI (Seoul, Korea Selatan)

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU