KOTA-kota ini pernah porak-poranda akibat laut murka sehingga merenggut 170 ribu jiwa warga Aceh dan Nias (Sumatera Utara). Petaka 26 Desember 2004 tersebut tercatat sebagai musibah paling dahsyat dalam setengah abad terakhir ini.
Empat puluh empat negara mengirimkan prajurit angkatan bersenjatanya untuk memberikan bantuan kemanusiaan. Patut dicatat bahwa inilah sebuah operasi militer non perang terbesar yang pernah terjadi sesudah Perang Dunia II.
Tsunami menghancurkan kawasan pesisir sepanjang 800 kilometer. Ini artinya, sepanjang Jakarta hingga Surabaya. Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias menyebutkan, tsunami menyebabkan 120 ribu unit rumah penduduk di Aceh. Hampir 600 ribu warga Aceh dan Nias (Sumatera Utara) kehilangan tempat tinggal serta harus bermukim di kamp-kamp pengungsian.
Tsunami juga merusak 2.617 kilometer jalan, 260 unit jembatan, 2.135 unit sekolah, 690 rumah sakit, dan warga kehilangan mata pencaharian.
Tak hanya merusak sendi-sendi infrastruktur, tsunami juga menyebabkan 2.500 guru dan staf non-guru yang meninggal, 150 ribu murid kehilangan tempat belajar, dan 1.000 personel kesehatan meregang nyawa.
Angka korban dan kerusakan itu sungguh fantastis. Kondisi diperparah dengan lumpuhnya sistem pemerintahan lokal. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya mengeluarkan Keputusan Presiden No 63/2005 dan membentuk lembaga setingkat menteri yang berkantor di Banda Aceh.
Lembaga ini, BRR Aceh-Nias, diberikan tenggat kerja empat tahun lamanya. Ia bertugas mengoordinasikan negara donor dan NGO yang terlibat dalam proses pemulihan kembali Aceh dan Nias.
NGOÂ dan donor mencatat rekor bantuan dana, yang seluruhnya mencapai lebih dari 7 milyar dolar telah dijanjikan untuk membangun kembali Aceh dan Nias. Dan 6,8 miliar dolar di antaranya menjadi komitmen para donor dalam membangun kembali Aceh dan Nias.
Selama empat tahun masa rehabilitasi dan rekonstruksi, BRR bersama donor dan NGO dari 53 negara berhasil membangun 140 ribu unit rumah permanen, 1.115 unit fasilitas kesehatan, 1.759 unit gedung sekolah, 13 unit bandar udara, 3.696 kilometer jalan, dan 363 unit jembatan. (Lihat Tabel)
Kemajuan Pemulihan Aceh-Nias | |
Rumah Permanen | 140.304 unit |
Fasilitas Kesehatan | 1,115 unit |
Gedung Sekolah | 1.759 unit |
Guru Dilatih | 39.663 orang |
Jalan (semua tipe) | 3.696 Km |
Jembatan | 363 unit |
Bandar Udara | 13 unit |
Pelabuhan Laut | 23 unit |
Bantu UMKM | 195.726 unit |
Rumah Ibadah (Bangun/Rehab) | 3.781Unit |
Kapal Nelayan | 7.109 unit |
Pelatihan Tenaga Kerja | 155.182 orang |
Gedung Pemerintahan | 996 unit |
Sumber: Pusdatin-RAN Database-Sektor BRR
Kini, setelah 10 tahun petaka itu, Aceh dan Nias telah berbenah. Wajah-wajah kota yang hancur berubah indah. Infrastruktur jalan, fasilitas kesehatan, sekolah, bandar udara, dan pelabuhan telah dibangun baru. Begitu pula dengan kondisi sosial-budaya masyarakat yang telah kembali pulih.
Denyut perekonomian bergerak memperbaiki asa kehidupan masyarakat yang sempat terpuruk bersama gulungan ombak hitam yang mematikan itu. Harapan baru ditorehkan di setiap lembar kehidupan warga: tsunami tak boleh membunuh mimpi kami!
FOTO-FOTO: AFP/Getty Images dan Chaideer Mahyuddin/AFP