Thursday, April 18, 2024
spot_img

Singklet Gaki

Singklet Gaki

Saiful Mahdi*

Sejak menjelang pelantikan Gubernur/Kepala Pemerintahan  Aceh yang baru, beredar luas di berbagai media, terutama media sosial, gaya foto “singklet gaki” (bersilang kaki) ala Irwandi Yusuf, Gubernur Aceh terpilih. Setelah pelantikan 5 Juli 2017, gaya singklet gaki makin viral.

Banyak kalangan, chiek-putik, tuha-muda, ikut bergaya singklet gaki. Tak ayal, bukan hanya foto, analisis tentang gaya berfoto tersebut juga bermunculan.

Ada yang menganggap gaya tersebut tidak sopan dan tidak lazim untuk foto seorang pejabat, terutama saat berseragam resmi. Tapi lebih banyak yang suka bahkan terhibur dengan gaya Sang Kapten Aceh periode 2017-2022.

Cukup banyak pula yang justru mengapresiasi gaya khas baru Sang Gubernur yang memang membawa kesan santai. Apalagi Irwandi sering menyertainya dengan senyum dan kerap menebar lelucon dengan gaya kocaknya yang memancing ger. Seorang pengguna media sosial sampai menulis “Tetaplah santai dan lucu Pak Gubernur, karena Aceh sudah lama sekali tegang dan tidak lucu”.

Tak ingin menambah komentar dan analisis tentang gaya singklet gaki  semata, tulisan ini lebih tertarik untuk melihat sesuatu beyond, lebih jauh, bukan sekedar gaya berfoto itu an sich.

Kepercayaan diri

Gaya santai yang kerap diselingi lelucon yang ditunjukkan Irwandi mungkin dapat juga dibaca sebagai wujud rasa nyaman Sang Gubernur pilihan rakyat Aceh pada Pilkada 15 Februari 2017 lalu itu. Tentu saja itu sangat mungkin karena ini adalah periode kedua Irwandi memimpin Aceh, setelah periode 2006-2012. Bahwa periode kedua Irwandi setelah diselingi oleh periode Gubernur Zaini Abdullah yang memimpin 2012-2017 bisa jadi membuatnya justru makin nyaman.

Rasa nyaman yang positif biasanya muncul dari rasa percaya diri. Karena hanya mereka yang percaya diri bisa merasa nyaman dengan posisi dan tugasnya, walaupun dalam posisi dan tugas yang sangat berat: memimpin Aceh yang angka kemiskinan dan angka penganggurannya jauh di atas rata-rata nasional.  Rasa percaya diri muncul dari kapasitas yang baik yang dimiliki seseorang.

Sebaliknya, mereka yang tak punya kapasitas biasanya tak akan percaya diri dan pada gilirannya tak bisa merasa nyaman dengan posisi dan tugasnya. Selanjutnya, mereka yang tak merasa nyaman umumnya tak bisa tersenyum apalagi membuat orang lain tersenyum.

Kalau semua ini benar, Rakyat Aceh patut bangga bahwa mereka memang tidak salah pilih pemimpin. Rakyat Aceh telah memilih seorang yang piawai dan tahu betul apa yang dilakukannya.

 Trend-setter adalah teladan

Gaya singklet gaki  Irwandi bisa jadi lebih dari sekedar wujud rasa nyaman dan percaya diri Sang Kapten saja. Irwandi juga telah kembali menjadi trend-setter (penentu kecendrungan) untuk tidak menyebut “idola”. Dan hanya tokoh yang dipercaya dan disukai yang bisa menjadi trend-setter.  Karena menjadi trend-setter adalah menjadi “model”, menjadi “teladan”.

Dalam manajemen bisnis, saat ini banyak orang bicara tentang disruption, disrupsi. Lebih dari kreativitas  dan inovasi, disrupsi memperkenalkan model bisnis yang sama sekali baru. Salah satu contoh yang sering dirujuk adalah Go-Jek yang mengubah model bisnis transportasi roda dua di Indonesia. Tentu juga seperti Uber yang menjadi perusahaan taxi terbesar di dunia tanpa memiliki sebuah taxi pun, hingga membuat marah perusahaan taxi konvensional yang terbaik sekalipun.

Pada tingkat yang mungkin jauh dibandingkan model bisnis swasta, “model bisnis” pelayanan publik yang dianggap inovatif dan kreatif seringkali juga mengandung unsur disrupsi.

Ketika Irwandi memperkenalkan JKA, Jaminan Kesehatan Aceh, pada periode kepemimpinan pertamanya, sebenarnya Irwandi telah membuat sebuah disrupsi pada model pelayanan kesehatan. Sampai JKA diperkenalkan, tak ada yang percaya sebuah universal health coverage (jaminan kesehatan universal) bisa dilakukan di Indonesia. Irwandi dan Pemerintah Aceh kala itu melakukan terobosan, bahkan memperkenalkan “model bisnis” pelayanan publik cara baru.

Kita tahu, model JKA kemudian menginspirasi sistem jaminan kesehatan Indonesia, BPJS atau varian lainnya. Irwandi telah menjadi trend-setter. Irwandi telah memberi contoh. Kebijakannya menjadi teladan.

Tentu saja Irwandi tidak sendiri dalam memberi ilham dan contoh baik. Walau dalam ingatan Aceh kontemporer, Irwandi adalah penggebrak yang paling produktif. Sebelumnya, rakyat Aceh sudah bangga menyebut tanah keuramat ini sebagai “daerah modal”. Bukan hanya modal materi untuk membeli pesawat  Indonesia pertama, cikal-bakal Garuda Indonesia. Tapi juga modal sumbangan SDA nya untuk pembangunan Indonesia, hingga model-model institusi publik yang awalnya adalah inovasi dan eksperimen di Aceh.

Aceh Planning Board yang menjelma menjadi BAPPEDA dan BAPPENAS, PUSA yang menginspirasi MUI, hingga partai politik lokal dan calon independen dalam Pemilu dan Pemilukada, dan sebagainya. Singkatnya, Aceh sering jadi trend-setter, model, contoh, bahkan teladan.

Kembali pada gaya singklet gaki. Tentu saja kita tidak berharap Irwandi hanya akan menjadi trend-setter dalam gaya berfoto pada periode kepemimpinannya yang kedua ini. Rakyat Aceh berharap banyak akan adanya perubahan mendasar dan meluas dalam lima tahun ke depan di bawah Sang Kapten.  Visi “Aceh Damai, Sejahtera, dengan Pemerintahan yang Bersih, Adil, dan Melayani” adalah visi yang komprehensif dan menjadi idaman seluruh Rakyat Aceh.

Gebrakan Irwandi-Nova dalam seminggu pertama di Meuligoe sepertinya menunjukkan akan banyak gebrakan, bahkan disrupsi terhadap model business as usual, terutama model pelayanan publik yang lamban, mahal, dan seringkali mempersulit. Tak kurang BPJS di Aceh sudah berjanji akan membantu hingga “mem-foto-copy” keperluan administrasi untuk pasien yang berobat. Sebuah disrupsi pada “model pelayanan” BPJS yang ada selama ini.

Irwandi juga meminta tim pendukungnya untuk “membangun rumah dhu’afa” ketimbang membuat kenduri menyambut kemenangan dalam Pilkada yang lalu. Model baru yang mungkin akan ditiru para pemimpin terpilih lainnya.

Pemimpin adalah trend-setter. Pemimpin adalah penentu perubahan. Pemimpin, karena itu menjadi contoh dan teladan.  Semoga akan banyak trend, kecendrungan, model baru, inovasi baru, bahkan disrupsi untuk meningkatkan pelayanan publik di Aceh.

Agar kita semua bisa hepi, dengan makin banyak kesempatan “singklet gaki”! [sma]

*Saiful Mahdi, Ph.D adalah staf pengajar pada Program Studi Statistika, FMIPA dan Sekretaris PPISB Unsyiah. Seorang Fulbright Scholar, alumni Cornell University, New York, Amerika Serikat ini menulis rutin untuk Kolom Fakhrurradzie Gade. Isi tulisan adalah pandangan pribadi. Email: [email protected]

Gambar: sesi foto resmi Irwandi Yusuf sebagai Gubernur Aceh

Sumber: FB Irwandi Yusuf

Saiful Mahdi
Saiful Mahdihttp://semuabisakena.jaring.id
Pembelajar di Jurusan Statistika FMIPA Unsyiah, ICAIOS, dan The Aceh Institiute. Pernah jadi kerani di PPISB Unsyiah. Belajar banyak di Phi-Beta Group dan pengagum AcehKita.com. A Fulbright Scholar, an ITS, UVM, and Cornell alumn.

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU