Harimau Sumatera. FOTO/masurai.com

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Populasi hariman Sumatera di Aceh diperkirakan hanya tinggal 150 ekor. Salah satu penyebab terus menyusut jumlah si raja rimba  akibat perburuan yang telah terjadi sejak puluhan tahun silam. Kulitnya harimau biasanya dijadikan patung.

Salah seorang pemburu yang terkenal di Bener Meriah dan Aceh Tengah bernama Yan Kule, 47 tahun. “Aku tak pernah bawa senjata saat berburu,” katanya seperti dilansir TEMPO.CO, Selasa (28/4/2015).

Untuk laporan investigasinya, Majalah Tempo mewawancarai Yan, akhir Maret lalu di Takengon, ibukota Aceh Tengah. Disebutkan bahwa Yan membunuh gajah hanya mengandalkan tangan kosong. Kadang menggunakan benda apa saja.

Dalam perburuan terakhirnya tahun 2004, Yan membunuh harimau jantan sepanjang sekitar 1,6 meter dengan batu yang ditemukan dari dasar danau. Ia menyelam ke dalam danau Laut Tawar untuk mendekati harimau agar tak ketahuan. Saat keluar dari air, tangannya yang memegang batu dihantam ke kepala harimau.

“Dia mati di tempat,” ujarnya.

Tak ada penduduk di Dataran Tinggi Gayo yang membantah cerita Yan. Tagore Abubakar, bekas Bupati Bener Meriah periode 2007–2012 yang kini menjabat anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, mengatakan cerita Yan memang benar.

Setiap berburu, dia selalu membawa harimau yang banyak. “Kadang–kadang aku beli karena dia sudah aku anggap adik,” jelas Tagore.

Yan bercerita bahwa dia mewariskan ilmu berburu dari sang ayah. Sejak umur 17 tahun, ia sudah berburu harimau. Pria yang hanya lulus SD mengaku bisa memanggil harimau. Setelah ia panggil, lalu dibunuhnya. Menurutnya, alam yang menyerahkan harimau itu kepadanya.

Kalau berburu, Yan paling tidak membawa pulang satu kulit harimau. Biasanya, dia membawa pulang tiga kulit harimau yang ia bunuh dengan berbagai cara. Dagingnya ia makan sebagai penghangat tubuh.

Paling sering ia menggunakan jerat. Tali yang menjerat harimau, dia gunakan untuk mencekik leher harimau hingga mati. “Kadang–kadang harimaunya mati karena saya cekik,” katanya. Itu sebabnya ia diberi nama Yan Kule. Dalam bahasa Gayo, Kule berarti harimau.

Kini Yan mengaku tidak pernah berburu lagi. Pada 2004 lalu ia dipanggil polisi dan tentara. Aparat keamanan melarangnya untuk berburu harimau.

Begitupun, Yan masih menerima orderan berburu harimau. “Meski lebih banyak berkebun, berburu itu hobi utamaku,” katanya.[]

TEMPO.CO

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.