Friday, March 29, 2024
spot_img

DMZ Tour, Wisata ke Batas Dua Korea [2]

Hari itu peserta tour tidaklah sebanyak biasanya karena kami memilih mengikutinya bukan di akhir pekan. Ada beberapa turis dari Amerika Latin serta Eropa dan orang Korea. Saya dan Jimin memilih duduk di gerbong terakhir yang praktis hanya diisi oleh kami berdua. Sesampainya di Dorasan beberapa tentara juga terlihat menjaga di pintu station dan semua peserta akan diberikan tanda pengenal sebelum naik bus menuju kawasan Panmunjeom.

Daerah ini bisa dikatakan pusat nogosiasi untuk mengakhiri perang Korea kala itu. Jalan di sini merupakan satu-satunya akses penghubung kedua negara yang dijaga ketat. Penghubung kedua negara bersatu di JSA (Join Security Area) yang juga mempunyai aturan yang ketat bila ingin ke sana. Bila ingin berkunjung juga ada paket wisata yang ditawarkan.

Hujan turun dengan deras menambah sendu perjalanan yang dipandu oleh supir bus ditemani kondekturnya saat ia menceritakan beberapa kisah perang yang dialaminya. Bus berhenti di beberapa titik di jalan sebelum akhirnya sampai di Dora Observatori. Di sini, kami bergabung dengan rombongan tour lainnya yang datang dari Seoul dengan menggunakan bus dan suasana menjadi ramai.

Dari tempat ini, Korea Utara dapat dilihat dari jauh. Pertama akan ada film dokumenter pendek tentang perang Korea dan hubungan kedua negara dipandu oleh tentara yang sedang bertugas. Hari itu seorang tentara yang sedang menjalani wajib militer menjelaskan beberapa hal.

“Mendapat tugas di sini ya seru dan menegangkan namanya juga perbatasan,” ungkap sang prajurit dengan marga Kim yang saya hampiri setelah pemutaran film. Kim juga sempat mengatakan ia pernah datang ke Indonesia dan menyukainya.

“Walaupun awalnya sempat khawatir namun setelah dijalani menyenangkan juga”tambahnya lagi.

Usai film pendek, peserta tour dapat keluar dan melihat kota terdekat di negera tetangga dengan menggunakan teropong yang disediakan. Karena hari itu hujan, pandanganpun terbatas. Saya hanya sempat menyaksikan bendera negara tetangga berkibar dari Kij?ng-dong. Tiang bendera ini memiliki jarak hanya 1,2 Kilometer dari perbatasan dan merupakan tiang bendera tertinggi nomor empat di dunia. Saat cuaca cerah teropong bisa melihat hingga ke kota Kij?ng-dong.

Perjalanan dilanjutkan dengan makan siang sederhana di pusat sovenir yang menjual berbagai halsil bumi disekitar kawasan DMZ dan Korea seperti gingseng, batu kecubung dan produk laiinya. Makan siang yang disediakan berupa sup, nasi, ayam dan kimchi berserta rumput laut. Setelah makan siang dan melihat-lihat produk yang dijual, kunjungan dilanjutkan ke DMZ teater dan ruang pameran. Meski hujan semua peserta tour tetap bersemangat. Saya dan Jimin terpaksa berlari-lari pelan agar tidak basah karena hujan.

Tiba ke lokasi petugas langsung membimbing peserta dan memberikan alat penerjemah kepada turis asing untuk mendengarkan semua informasi yang ada tentang daerah perbatasan ini. Di kawasan ini ada beberapa terowongan yang dibuat oleh tentara Korut untuk dapat menyusup ke Korsel. Selain itu ada dua desa yang diizinkan setelah gencatan senjata untuk tetap berada sekitar zona ini yaitu Daeseong-dong di sebelah Korea Selatan dan Kij?ng-dong di utara.

Bangunan mewah Kijong dong, sebagai desa perbatasan sering kali dianggap sebagai pencitraan karena terlalu berlebihan untuk daerah yang luar. Namun kedua desa ini hanya bisa dimasuki oleh warga Korea saja. Penduduk di kedua tempat ini adalah mereka yang telah memiliki tanah sebelum perang saudara berkecamuk.

Exhibition hall hari itu dipenuhi oleh siswa sekolah dasar yang datang dari kota untuk melakukan studi lapangan. Guru mereka dengan semangat becerita untuk menjawab semua pertanyaan dari anak-anak yang penasaran dan kami para turispun berkesempatan untuk bertanya dan berkeliling.

Tak jauh dari ruangan pameran ada the 3rd Tunnel atau gorong gorong ketiga yang berhasil dideteksi oleh tentara korsel dan mencegah negara terus membangunnya. Sejak November 1975 telah ditemukan empat terowongan walaupun pihak utara mengklaim bahwa itu merupakan tambang batu bara namun tidak ditemukan adanya proses pertambangan. Walaupun tidak terlalu besar jika dipakai untuk invasi maka dalam waktu satu jam diperkirakan bisa lebih dari 2000 tentara negara Kim Jong Un bisa lewat.

Terowongan ketiga ditemukan pada 17 Oktober 1978. Tempat ini berhasil dideteksi setelah adanya informasi dari orang dalam di Utara. Panjangnya sekitar 1.64 kilometer, tinggi 2 meter dan lebar 2 meter, diperkiran bisa menampung sekitar 30.000 tentara untuk bergerak. Pada tahun 2002 telah dibangun shutter elevator dengan teknologi tinggi untuk mendukung proses wisata.

Sebelum masuk ke dalam terowongan perlengkapan perlindungan diri harus digunakan seperti helm dan baiknya datang menggunakan sepatu. Tas dan kamera harus disimpan. Jalan menurun dan licin oleh tetasan air membuat kami harus hati- hati. Di dalam terowongan saya berjumpa seorang bapak yang membawa anaknya mengikuti tour. Dari kejauhan saya mendengar bagaimana ia bercerita betapa hidup damai itu lebih baik dan indah dari pada ketika perang dimana mereka harus menggungsi serta merasa kelaparan. Ia juga senang bertemu turis asing yang tertarik dengan sejarah mereka. Sangking senangnya ia menghadiahkan payung sang anak kepada saya.

Setelah selesai, bus kembali ke Dongsan Statiun namun perjalanan belum selesai. Kereta bergerak ke daerah Imjingan dan pemandu wisata sudah menunggu untuk mengajak berkeliling ke monumen Imjingak dengan beragam kisah sedih, tangis dan harapan serta peninggalan perang kemudian ke taman Nuri Peace yang tak jauh dari situ terdapat sebuah jembatan yang tidak bisa digunakan lagi karena dibom saat sebuah kereta sedang berjalan sedangkan kereta api yang setengah rusak dipamerkan tak jauh dari situ.

“Kadang kisah sedih perlu diingat untuk masa depan yang lebih baik” ungkap salah satu peserta dari Amerika Latin.

“Dan pemerintah Korea telah mendokomentasikannya dengan baik, ini menjadi kenangan berharga buat generasi masa depan kedua negara” tambahnya lagi.

Tak jauh dari situ terdapat sebuah ruang yang dapat kita kunjungi jika ingin mencari tau lebih banyak tentang cerita di Imjingak. Taman ini juga memiliki sebuah pagar yang pedung dengan ikatan harapan akan adanya reuni kedua negara. Berwarnanya dedaunan pada musim gugur juga menambah cantik taman perdamaian ini.

Puas berkeliling dan jalan jalan tak terasa kami sudah ditinggal oleh peserta yang lain yang naik kereta. Jadwal berangkat yang tinggal tiga menit lagi membuat saya dan Jimin harus berlari cepat agar sampai ke statiun atau ditinggal.

Masinis yang menunggu tersenyum melihat kami berlari dan kebasahan. “Hampir saja saya tinggal,” ucapnya sambil menuju ruang kendali dan semenit kemudian subway itu berangkat menuju Seoul statiun pemberhentian terakhir.

Sepanjang perjalanan video dan foto peserta yang diambil ditayangkan di layar pada setiap gerbong dan tentu saja berbagai cerita juga mengalir dari mulut peserta tour. “Terima kasih, mungkin kalau kamu tidak mengajak sampai kapanpun aku mungkin tak pernah kemari,” kata Jimin kepada saya. []

KHITHTHATI

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU