Friday, April 19, 2024
spot_img

Menjemput Sehat di Negeri Jiran (1)

SIANG itu, Marzuki Mubin baru saja tiba di sebuah rumah sakit di Ibukota  Malaysia, Kuala Lumpur. Ia berangkat pagi dari Aceh. Setelah beberapa saat di ruang tunggu, pria 40 tahun itu dipersilakan masuk. Di dalam, telah menunggu Consultan Ent, Head & Neck Surgeon, DR. Usha Devi Arumainathan.
 
Dokter keturunan India itu bangun dari tempat duduknya. Dengan tersenyum, ia menyapa dan menyalami laki-laki asal Lhong Raya, Banda Aceh itu, sembari mempersilahkan sang tamu duduk pada kursi di hadapannya.
 
Hari itu, Jumat, (13/1/2017),  Marzuki merupakan pasien ketiga yang ditangani dokter Usha Devi di KPJ Tawakkal. Di ruang yang disesaki peralatan medis itu, sang dokter paruh baya meminta tamunya bercerita keluh kesah yang dideritanya. Ia menyimak dengan seksama, mencatat dan sesekali bertanya bila yang disampaikan tak dapat dimengerti.
 
“Tiga bulan lalu saya batuk juga flu, lalu berobat. Dalam perjalanan ada kurang batuknya. Tapi kemudian sakit telinga, kadang-kadang berdengung, kadang-kadang sumbat,  kalau saya nguap kadang lepas dia,” keluh Marzuki.
 
“Saya kembali berobat ke dokter spesialis di Banda Aceh,” lanjutnya.
 
Menurut Marzuki, setelah dua kali pertemuan di Banda Aceh, dokter meminta untuk melakukan foto rontgen. Dari hasil yang ada, dokter bilang hidungnya pernah patah, hingga menyebabkan penyakit polip yang berdampak pada telinga.

“Saya tidak yakin dengan penjelasan dokter saat itu, sebab dari kecil saya merasa hidung ini baik-baik saja. Sudah lama saya sakit dan merasa dengung di telinga dan sangat tidak nyaman,” terangnya.
 
“Oke, hidung sebelah mana sumbat?,” Usha Devi bertanya dengan logat Melayu yang kental.
 
“Sebelah kanan.”
 
“Telinga sumbat sebelah kanan ke?,” tanya dokter lagi.
 
“Ya.”
 
“Jadi tak pernah masalah dengan hidung. Ada terasa ingus turun dari belakang hidung ke tekak (tenggorokan).”
 
“Tidak merasa.”
 
“Ada alergi dengan obat, debukah, macam tu?”
 
“Tidak ada.”
 
“Penyakit lainnya, kencing manis?, darah tinggikah?”
 
“Tidak ada juga,” jawab Marzuki.
 
“Oke, sekarang coba kita periksa,” kata dokter sambil meminta Marzuki pindah ke kursi putar, menghadap sebuah monitor LCD (Liquid Cristal Display) ukuran 32 inc.
 
Selanjutnya, dokter menurunkan mikroskopi. Melalui dua lobang itu, Usha Devi mengeker telinga Marzuki. Setelah itu, giliran endoscopi atau benda berupa selang dimasukkan ke lubang kanan hidung Marzuki.
 
Mikroskopi semacam kaca pembesar yang digunakan untuk mengamati benda halus, sedangkan endoscopi  adalah alat berbentuk seperti selang elastis dengan lampu dan kamera optik di ujungnya, kamera akan menangkap setiap objek yang dituju dan ditampilkan pada monitor.
 
“Tampak lendir-lendir sikitkan, bisa tengok ke,” kata dokter sambil melototi monitor. Marzuki hanya mengangguk. Lalu, benda itu ditarik dan dimasukkan ke lubang hidung kiri, selanjutnya ke kuping sebelah kanan.
 
Berdasarkan keterangan dokter, tutur Marzuki, sakit atau berdengung telinganya akibat penumpukan lendir di belakang hidung sebelah kanannya, sehingga udara tidak masuk ke telinga kanan.
 
“Dokter menyarankan agar saya lebih sering menghembus dengan menutup hidung dan mulut. Saya juga dikasih obat minum dan obat semprot hidung, dipakai menjelang tidur. Soal hidung juga tidak apa-apa, memang bentuk hidung saya seperti itu,” jelasnya kepada acehkita.com.
 
Dua hari setelah menggunakan obat dari Usha Devi, Marzuki mengaku sakitnya sembuh total. [Bersambung]

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU