Saturday, April 20, 2024
spot_img

Poros Darussalam: Problem Aceh 2018

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Sejumlah peneliti yang tergabung dalam Poros Darussalam meluncurkan Catatan Akhir Tahun 2018, bertema “Aceh 2018 Makin Gelap dan Sempit” di Abu Master Kopi, Lambhuk, Banda Aceh, Sabtu 5 Januari 2019. Diskusi diikuti oleh para akademisi, aktivis dan jurnalis.

Laporan ini berisikan kajian tentang permasalahan dan pandangan peneliti dalam memotret Aceh sepanjang 2018. “Sebagai sumbangsih Poros Darussalam untuk memaparkan kajiannya kepada masyarakat,” kata Saiful Mahdi, peneliti pada Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya (PPISB) Unsyiah.

Menurutnya, peneliti yang tergabung dalam Poros Darussalam terdiri dari berbagai latar keilmuan. Poros ini lahir oleh kesadaran untuk menjembatani dunia akademik/penelitian dengan dunia kebijakan dan aktivisme. Poros Darussalam memperjuangkan ide secara bersama-sama agar lebih diketahui publik dan memiliki daya tekan pada pengambil kebijakan lewat kerjasama dengan berbagai pihak, terutama media dan para jurnalis dan pewarta.

Dalam peluncuran laporan, beberapa peneliti diberikan kesempatan untuk memaparkan kajian yang telah dituliskan, di antaranya Mirza Ardi, Sehat Ihsan Shadiqin, Muazzinah Yacob, Ibnu Mudzir dan Dian Rubianty.

Kajiannya, Muazzinah Yacob menilai Aceh dalam darurat Narkoba. “Ada 73.000 orang yang menjadi pecandu. Ini harus menjadi perhatian bersama tahun ini agar ke depan Aceh tidak dipimpin oleh pecandu Narkoba,” katanya.

Sementara Ibnu Mudzir memaparkan tulisannya terkait kesehatan jiwa di Aceh, yang membutuhkan penanganan serius sejak dini. Aceh, menurutnya menduduki peringkat tertinggi keempat se-Indonesia dalam gangguan jiwa berat (skizofrenia/psikosis) atau ranking tertinggi keempat dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Indonesia. Sementara sebelumnya dalam Riskesdas 2007 dan 2013, menduduki rangking kedua tertinggi.

“Riskesdas 2018 menunjukkan 0,9% atau sekitar satu dari 100 keluarga di Aceh memiliki anggota keluarga dengan gangguan skizofrenia/psikosis,” kata Ibnu. Skizofrenia/psikosis adalah gangguan jiwa yang membuat seseorang mengalami kesulitan untuk membedakan hal nyata dan tidak.

Sejumlah problema lain juga disampaikan para peneliti berdasarkan kajiannya. Mengingat laporan ini penting untuk dibaca secara utuh, redaksi mengambil kebijakan untuk menurunkan keseluruhan laporan, dapat diunduh di bawah ini. []

CATATAN AKHIR TAHUN 2018: POROS DARUSSALAM

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU